Putri Bungsu Mbak Tutut Soeharto Gelar Upacara Adat Mitoni

Editor: Koko Triarko

Dalam prosesi brobosan atau brojolan ini, sang ayah meluncurkan dua buah cengkir dari balik kain yang dipakaikan sang ibu. Sebelumnya, dua buah cengkir itu telah dilukis dua tokoh pewayangan, yakni Dewi Kamaratih yang cantik jelita dan Dewa Kamajaya yang gagah rupawan.

Setelah itu, dilanjut dengan prosesi membelah cengkir, yang dilakukan oleh sang ayah, sebagai simbol membuka jalan jabang bayi, agar lahir pada jalannya.

Siti Hardiyanti Rukmana (Tutut Soeharto) foto bersama sejumlah tamu undangan -Foto: M Fahrizal

Prosesi berikutnya adalah pantes-pantesan. Sang ibu memilih dan mengenakan busana, disaksikan tamu undangan. Memilih dan mengenakan busana hingga pantas atau pantes ini dilakukan tujuh kali, dan seluruh tamu undangan berseru. Pada prosesi ini, Mbak Danvy mendapatkan busana yang pantas berupa kain lurik, seperti yang diserukan oleh para tamu undangan.

Prosesi adat mitoni yang cukup panjang ini, kemudian dilanjut dengan prosesi babon angrem. Sang ibu dan ayah menirukan gaya seekor ayam (babon) yang mengerami telur, dan berkokok keras, sebagai simbol tanggung jawab atas kehidupan dan kesejahteraan sang calon bayi dan ibu.

Prosesi babon angrem dilanjut prosesi potong tumpeng sebagai ungkapan rasa syukur, bahwa seluruh prosesi adat mitoni sudah berjalan lancar.

Prosesi penutup, yakni pembagian takir pontang, atau makanan yang disajikan dalam takir, yaitu wadah terbuat dari daun pohon pisang yang dibentuk menyerupai kapal. Hal ini melambangkan makna, agar calon ibu dan ayah siap menjalani bahtera kehidupan, sebagaimana kapal di tengah lautan. Takir pontang dibagikan kepada para sepuh yang hadir.

Lihat juga...