Warga Pingin Memasak Mandiri Selama di Pengungsian

Editor: Mahadeva

Muchlisin,salah satu pengungsi di wisma PLPP Kalianda sekaligus ketua kelompok satu pengungsi asal pulau Sebesi yang masih bertahan - Foto Henk Widi

LAMPUNG – Tinggal di dua lokasi berbeda, sejak Rabu (26/12/2018), membuat sejumlah pengungsi korban tsunami Selat Sunda merasa bosan. Kondisi tersebut diungkapkan oleh Asnawati (38), warga Dusun Regahan Lada, Desa Tejang, Pulau Sebesi.

Asnawati mengungsi di wisma Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PLPP) di Kelurahan Way Lubuk, Kalianda Lampung Selatan. Berada di pengungsian, membuat Dia merasa bosan, karena kegiatan yang dilakukan hanya monoton.  Asnawati berada di wisma PLPP sejak Selasa (8/1/2019). Dia mengungsi bersama tiga orang anaknya, yang berusia 6 tahun, 4 tahun,16 bulan, dan bersama sang suami. Sebelumnya Dia mengungsi selama dua pekan di lapangan tenis indoor Kalianda.

Selama di pengungsian, Asnawati mengaku kerap membantu memasak di dapur umum lapangan. Selama hampir dua pekan, Dia mengalami kebosanan karena hanya melakukan kegiatan menunggu.  “Kami mengusulkan ke pemerintah daerah agar diberi peralatan masak, agar para wanita terutama ibu rumah tangga memiliki kesibukan karena selama ini pasokan makanan diperoleh dari dapur umum,” terang Asnawati, saat ditemui Cendana News, Rabu (9/1/2019).

Asnawati mengaku masih trauma dengan kejadian tsunami yang melanda tempat tinggalnya. Ia menyebut, usulan untuk mendapat peralatan masak, direspon dengan rencana pengiriman alat memasak pada Rabu (9/1/2019) sore.

Meski tinggal di pengungsian, ia mengaku lebih nyaman tinggal di wisma PLPP dengan kamar diisi oleh satu keluarga. Kegiatan mandiri, dilakukan Asnawati, sekaligus untuk mengisi waktu luang. Ia juga menyebut mulai ingin memasak menu masakan untuk keluarga, dengan variasi masakan berbeda. Ia rindu memasak ikan asin, sayur asem serta sekedar memasak sambal terasi untuk keluarganya. Asnawati belum bisa memastikan, kapan bisa meninggalkan pengungsian.

Lihat juga...