‘HEBAT’ Indonesia, Jadi Langkah Awal Optimalisasi Perawatan Pre-Hospital
Editor: Makmun Hidayat
JAKARTA — Implementasi HEBAT (HeartBeat) Indonesia yang berfokus pada tatalaksana penanganan sindrom koroner akut dalam tahap pre-Hospital diharapkan mampu mencegah kematian pada pasien yang mengalami serangan.
Program ini akan dilakukan secara bertahap dimulai dengan studi formatif yang diperkirakan akan berlangsung selama 6 bulan dan akan berfokus pada responden di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta.
Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, penyakit jantung koroner yang termasuk di dalamnya sindrom koroner akut (SKA) merupakan penyebab kematian paling banyak setelah stroke dan hipertensi.
Jantung koroner termasuk dalam 10 besar penyakit tidak menular terbanyak pada tahun 2018 yakni sebanyak 3. 910 kasus. Oleh karenanya, diagnosis dini dan tatalaksana yang adekuat dipercaya dapat menurunkan mortalitas SKA.
Program HEBAT Indonesia ini merupakan program yang memilih pendekatan triple helix. Yaitu pendekatan yang menyatukan akademik, industri dan pemerintah untuk melakukan upaya sinergis dan berkolaborasi dengan asosiasi kesehatan guna mengoptimalkan penanganan pre-Hospital pada pasien SKA di Indonesia.
Ketua Center of Health Economics and Political Science (CHEPS) Prof. Budi Hidayat, SKM, MPPM, PhD menyatakan bahwa program ini bertujuan untuk menyatukan para pemangku kepentingan terkait penanganan SKA pada tahap pre-Hospital di Indonesia.
“Kita mencoba untuk menarik semua stakeholder untuk menjadikan program ini menjadi kuat untuk melawan penyakit jantung yang menjadi silent Killer. Problematika utama yang saat ini ada adalah pre-Hospital,” kata Prof Budi usai acara Seminar SKA di Jakarta, Senin (18/2/2019).