Januari 2019, Kasus Demam Berdarah di Sumbar 164 Orang

Editor: Satmoko Budi Santoso

“Kami berharap masyarakat juga ikut memperhatikan lingkungan dimana kira-kira tempat bersembunyinya jentik-jentik nyamuk malaria. Begitu juga pada air yang bersih, seperti tempat air yang tergenang lama, termasuk bekas botol, merupakan tempat berkembangbiaknya nyamuk malaria,” ujarnya.

Sementara sebagai antisipasi seperti yang telah dilakukan yakni fogging, dinilai bukanlah solusi yang tepat. Karena hal itu hanya bisa membunuh nyamuk-nyamuk biasa. Sedangkan yang jentik-jentik nyamuk malaria tidak mati, dan akibatnya nyamuk malaria akan menjadi dewasa.

“Intinya mari sama-sama membersihkan lingkungan. Kalau lingkungan kotor, jangankan DBD jadi ancaman, penyakit lainnya juga bisa turut mengancam kondisi kesehatan,” tegasnya.

Merry menyatakan, melihat kasus DBD di Sumatera Barat dalam 3 bulan terakhir, seperti Oktober-Desember 2018, untuk Sumatera Barat wilayah kabupaten serta kota pada Oktober, ada 178 pasien dan tidak ada yang meninggal. November 193 pasien, Desember 189 pasien dan tidak ada yang meninggal.

“Jadi jika dilihat angkanya, itu sebenarnya cenderung menurun, dari bulan ke bulan. Tapi ada 4 kabupaten dan kota terjadi peningkatan jumlah kasus. Hal itu intinya mari sama-sama menjaga lingkungan,” ungkapnya.

Merry berkata, melihat kondisi di kabupaten dan kota, di Kabupaten Pasaman ada terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria, tepatnya di Kecamatan Sungai Aur, terhitung sejak 18 Januari sudah dinyatakan KLB. Hal ini dikarenakan ada 20 masyarakat yang diperiksa positif.

“Jadi petugas di rumah sakit periksa darahnya, buktinya ada mengandung positif malaria dan dinyatakan KLB. Melihat dalam 2 minggu juga meningkat kasusnya, menjadi 30 orang,” ujarnya.

Lihat juga...