Kraca, Menu Keong yang Diburu Warga Banyumas
Editor: Satmoko Budi Santoso
PURWOKERTO – Puluhan tahun kraca, makanan olahan keong sawah awalnya hanya menjadi hidangan saat berbuka puasa. Namun, saat ini kraca banyak dijumpai, meskipun bukan bulan Ramadan.
Makanan khas Banyumas ini pertama populer oleh hasil olahan Ibu Khamlani, warga Jalan Kauman Lama, Kecamatan Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas.
Hasil masakan kracanya mempunyai cita rasa yang sedap dan tidak berbau anyir. Sebab, tidak semua orang bisa memasak keong dengan baik, karena bau anyir binatang melata ini sangat tajam.
ʺMemang cara memasaknya tidak mudah dan butuh waktu lama. Untuk menghilangkan bau anyir harus banyak menggunakan aneka rempah saat memasak,ʺ kata Bu Khamlani, Sabtu (9/2/2019).
Kraca Bu Khamlani yang membuka warung kecil di rumahnya ini, sudah banyak dikenal masyarakat. Tak hanya dari Banyumas saja, tetapi beberapa pembeli langganannya ada yang dari luar kota.
Dalam satu hari Bu Khamlani memasak kraca hingga 50 kilogram. Awalnya, stok keong dicari sendiri di sawah. Tetapi saat ini dengan banyaknya produksi serta semakin sempitnya lahan sawah, ia membeli keong dari para pencari keong dan sudah punya langganan sendiri yang rutin mengirim keong ke rumah.
Saat bulan puasa, penjualan kraca meningkat dratis, bisa sampai 200 kilogram per hari. Hal tersebut karena banyak penjual takjil dadakan di pinggir-pinggir jalan yang membeli keong untuk dijual kembali. Selain itu, pembelian dari warga sekitar juga meningkat, karena kraca ini menjadi hidangan wajib bagi warga Banyumas saat berbuka puasa.