KTNA Lamsel Dorong Pemerintah Jaga Kestabilan Harga Jual Jagung

Editor: Satmoko Budi Santoso

Ahmad Widodo juga menambahkan, mayoritas petani di Lamsel khususnya merupakan pembudidaya jagung. Meski demikian, sesuai data KTNA Lamsel harga jagung yang dipantau pada masa panen akhir 2018 hingga pertengahan Januari 2019  cukup baik di level petani.

Harga yang baik tersebut disebutnya nyaris menembus angka Rp6.000 per kilogram. Meski demikian harga yang baik tersebut terjadi saat baru sebagian petani jagung melakukan proses pemanenan.

Memasuki pertengahan hingga akhir Februari, Ahmad Widodo menyebut, petani jagung sebagian akan masuk musim panen. Berdasarkan hasil pantauan di lapangan, dalam beberapa hari ini, harga jagung di gudang atau pabrik penampungan jagung sudah mengalami penurunan.

Harga jagung yang sebelumnya bertengger pada angka Rp5800 per kilogram saat ini turun menjelang pertengahan Februari.

Harga jagung di gudang dengan kualitas sedang dijual dengan harga Rp5.550 hingga Rp5.600 per kilogram. Sebaliknya, harga jagung dengan kualitas asalan dijual dengan harga Rp5.300 hingga Rp5.400 per kilogram.

Harga yang terus turun setiap hari disebut Ahmad Widodo membuat petani penanam jagung merasa resah. Terlebih anjloknya harga jagung bersamaan dengan sudah mulai berlangsungnya curah hujan di wilayah Lamsel. Kondisi tersebut berpengaruh pada kualitas jagung akibat kadar air jagung lebih tinggi.

“Harapan petani agar pemerintah melalui pihak terkait menjaga kestabilan harga jagung di tingkat petani supaya para petani kita bisa menikmati hasil yang layak,” terangnya.

Ahmad Widodo menyebut, selain harga yang anjlok,dibukanya kran impor untuk jagung bisa membuat harga jagung petani lokal makin terpuruk. Jagung yang selama ini menjadi sumber kebutuhan pakan ternak diakuinya selain dipasok dari petani lokal sebagian berasal dari impor.

Lihat juga...