Minyak Turun, Tertekan Data Pesanan Pabrik AS

Kilang minyak lepas pantai, ilustrasi - Dok: CDN

NEW YORK — Harga minyak dunia merosot pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), mundur kembali dari tertinggi dua bulan, setelah data pesanan pabrik AS yang lemah menghidupkan kembali kekhawatiran perlambatan ekonomi.

Namun demikian, sanksi-sanksi Amerika Serikat terhadap minyak Venezuela dan pemotongan pasokan minyak mentah yang dipimpin Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) membatasi penurunan lebih lanjut harga minyak.

Minyak mentah berjangka Brent turun 0,20 dolar AS menjadi menetap di 62,32 dolar AS per barel. Brent menyentuh tertingginya dalam lebih dari dua bulan di 63,63 dolar AS pada hari sebelumnya. Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,90 dolar AS menjadi ditutup pada 53,66 dolar AS per barel.

“Saya pikir pasar minyak sedang mencoba untuk memutuskan apakah pesanan pabrik akan membebani harga atau Venezuela dan sanksi-sanksi minyak akan mendukung harga. Akibatnya, kami melihat pasar berfluktuasi,” kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston.

Minyak juga sedikit kurang diminati karena para investor merealokasi aset-aset mereka, kata Phillip Streible, ahli strategi komoditas senior di RJO Futures.

“Mereka semua melompat ke pasar ekuitas dan keluar dari beberapa pasar lain yang mungkin terbebani oleh hubungan perdagangan AS-China atau pasar yang dipengaruhi oleh indeks dolar,” kata Streible.

Wall Street sedikit lebih tinggi pada Selasa (5/2), sementara dolar juga naik.

Namun, para analis mengatakan sanksi-sanksi AS terhadap Venezuela memusatkan perhatian pasar pada pasokan global yang lebih ketat. Sejumlah tanker saat ini berada di perairan lepas pantai Venezuela, tidak dapat bergerak karena perusahaan minyak milik negara PVDSA menuntut pembayaran, yang akan dikenai sanksi-sanksi AS.

Lihat juga...