BANJARMASIN – Berdasarkan data Bank Indonesia Kalimantan Selatan, saat ini uang lusuh paling banyak beredar di pasar tradisional sehingga perlu sosialisasi kepada masyarakat untuk memperlakukan uang rupiah dengan baik.
Kepala Bank Indonesia Kalimantan Selatan, Herawanto, saat melakukan penukaran uang lusuh dengan uang yang berkualitas baik di Pasar Terapung Lok Baintan, Sabtu, menyatakan banyak masyarakat yang belum sadar tentang pentingnya menjaga kualitas uang rupiah kertas.
Sehingga, tambah dia, perlu dilakukan sosialisasi secara terus menerus dan berkala, seperti yang dilakukan tim Bank Indonesia di Pasar Terapung kali ini.
Tim Bank Indonesia yang dipimpin oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia Dedy Budi Waluyo melakukan sosialisasi, terkait pentingnya menjaga kondisi uang kertas tetap baik dan layak edar.
“Saat ini, kami membawa uang berkualitas baik sebanyak Rp140 juta, untuk mengganti peredaran uang lusuh di tangan masyarakat Pasar Terapung,” katanya.
Kegiatan tersebut dilakukan, tambah dia, sebagai salah satu upaya untuk menjaga distribusi uang di daerah dan menjaga tetap layak edar.
BI berkomitmen, tambah dia, jangan sampai masyarakat, memegang uang lusuh, lecek dan bau, karena uang rupiah, adalah bagian dari simbol kedaultan NKRI.
“Kami selalu berharap, masyarakat menjaga kelayakan uang rupiah dengan baik, jangan sampai diremes dan dipegang saat tangan dalam kondisi kotor,” katanya.
Berdasarkan data, tambah dia, Bank Indonesia telah menarik uang tidak layak edar (UTLE) tahun 2017 sebanyak Rp6,9 triliun dan 2018 turun menjadi Rp3 triliun.
Dari jumlah tersebut, yang dimusnahkan pada 2017 sebanyak Rp5,7 triliun dan 2018 sebanyak Rp2,8 triliun.