Peneliti Ingatkan Aspek Bencana dalam Pemanfaatan Energi Geothermal
Editor: Koko Triarko
MALANG – Letak geografis Indonesia yang berada di kawasan ring of fire, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan energi geothermal atau panas bumi terbesar di dunia.
“Bahkan, saat ini Indonesia memiliki 40 persen cadangan geothermal dunia,” kata Peneliti dan Dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya (FMIPA UB), Sukir Maryanto, S.Si., M.Si., Ph.D.,
Menurut Sukir, melimpahnya energi geothermal tersebut seharusnya mampu dimaksimalkan pemerintah sebagai Energi Baru Terbarukan (EBT), untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil yang tidak akan lama lagi akan habis. Namun, hal ini sayangnya sampai saat ini belum secara bijak disikapi oleh beberapa pemangku kepentingan.
Menurut Sukir, yang perlu diingingat, selain sebagai negara yang kaya akan bahan mineral dan energi geothermal, di sisi lain di Indonesia juga berpotensi terjadi bencana. Karenanya, aspek bencana tidak boleh dilupakan dalam pemanfaatan sumbe rdaya yang ada.
“Potensi energi, Indonesia nomor satu. Tapi potensi bencana, Indonesia juga nomor satu, sehingga kita harus seimbang dalam menyikapinya,” terangnya.
Hal inilah, sambungnya, yang ke depan perlu dilengkapi pada Rancangan Undang-undang (RUU) EBT, dengan melibatkan konsep yang berkaitan dengan keseimbangan antara memanfaatkan sumber daya yang ada, dengan bagaimana desain analisa risiko bencananya.
“Dengan disikapi secara arif dan bijaksana, mungkin pemanfaatan energi geothermal tersebut bisa meng-cover kebutuhan energi di Indonesia,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Sukir mencontohkan, di Hawai, 20 persen energinya sudah disuplai dari volkanik geothermal.