Produksi Jagung Berbasis Korporasi di Lebak Tingkatkan Kesejahteraan
LEBAK – Hasil panen jagung berbasis korporasi di Kecamatan Gunungkencana, Kabupaten Lebak, Banten, diperkirakan menembus Rp7,2 miliar, sehingga menyumbangkan pertumbuhan ekonomi cukup besar di daerah itu.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak, Dede Supriatna, mengatakan tanaman jagung berbasis korporasi kini memasuki musim panen raya seluas 1.000 hektare dari angka tanam November 2018.
Dari 1.000 hektare itu, diperkirakan menghasilkan produksi jagung sebanyak 4.000 ton, dengan produktivitas rata-rata empat ton per hektare.
Bila produksi sebanyak 4.000 ton dengan harga jagung pipilan di pasaran Rp4.700 per kilogram, maka pendapatan petani mencapai sekitar Rp18 juta per hektare.
Artinya, kata dia, jika dikalkulasikan maka pendapatan petani dari 4.000 ton itu menembus Rp7,2 miliar (masa panen 90-100 hari). “Semua produksi jagung itu ditampung oleh perusahaan pakan ternak PT Pokphan di Tangerang itu,” katanya, Sabtu (23/2/2019).
Menurut Dede, mengembangkan tanaman jagung tersebut melibatkan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dengan kerja sama perusahaan BUMN dari Perum Perhutani.
Bahkan, budi daya tanaman jagung berbasis korporasi sebagai proyek percontohan kementerian yang pertama kali di Indonesia.
Tujuan pengembangan jagung berbasis korporasi tersebut dalam upaya meningkatkan produksi pangan dan meningkatkan pendapatan ekonomi, yang pada akhirnya bermuara pada kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan itu tentu sangat sinergi dengan program “Lebak Sejahtera” yang digulirkan Bupati Iti Octavia.
Pemerintah daerah menyambut positif pengembangan jagung berbasis korporasi dari bantuan Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian Provinsi Banten.