Sesepuh Asal Lembata Tolak Pembangunan di Pulau Awololong

Editor: Satmoko Budi Santoso

LEWOLEBA – Beberapa sesepuh Lembata yang bermukim di Lewoleba, ibukota kabupaten Lembata, tetap menolak rencana pemerintah untuk melakukan pembangunan kolam apung dan jetty di pulau pasir putih Awololong atau kerap disebut pulau Siput.

“Para sesepuh asal Lembata sepakat menolak pembangunan di pulau Awololong sebab tempat tersebut dulu merupakan perkampungan dan kuburan leluhur masyarakat Lembata,” sebut Yohanes Kia Nunang, Selasa ( 26/2/2019).

Saat pertemuan yang berlangsung  sore di rumah bapak Muli Uak yang dihadiri bapak Philipus Muli Uak, Rufus B. Uak, Aloysius Tou’or, Konstantinus Tou’or, Yoseph Itong Wuwur dan Martinus R. Uak, semuanya sepakat menolak pembangunan tersebut.

Yohanes Kia Nunang, masyarakat Lembata. Foto: Ebed de Rosary

“Tetua adat asal Baolango kecamatan Nubatukan ini dalam pembahasan soal pembangunan tersebut tegas menolak dan mengutuk adanya rencana pembangunan tersebut,” terangnya.

Philipus Muli Uak, sesepuh Baolango yang berdomisili di Lewoleba mengatakan, pihaknya menolak pembangunan tersebut karena di pulau tersebut dulu merupakan perkampungan dan dihuni nenek moyang orang Lembata.

“Siapa pun yang membuat seremonial adat di Awololong, risiko tanggung sendiri. Dia akan berurusan dengan leluhur Awololong,“ tegasnya.

Philipus katakan bahwa Awololong itu bukan asal usul satu dua suku saja, tetapi banyak suku dan dalam satu rumpun suku Lamaholot. Jadi yang membuat seremonial adat itu sudah salah semua. Mereka sudah salah karena bukan satu dua suku yang berasal dari Awololong

“Biar besok, Rabu (27/2/2019) katanya, mereka akan demo pro pembangunan di Awololong, itu hanya segelintir orang saja dan mereka bukan bagian dari sesepuh serta masyarakat Lembata yang menolak pembangunan,” sebutnya.

Lihat juga...