Tingkatkan Kualitas Pemilu, Kawal Demokrasi di Indonesia
“Di banyak negara, banyak yang partisipasi pemilihnya rendah, tetapi pemilih di sana sadar untuk memilih atau tidak. Sedangkan di negara kita, orang menjadi memilih kerap dimobilisasi tokoh adat dan tokoh politik. Namun bagi yang tidak memilih karena mereka diintimidasi akibat perbedaan pilihan, sengaja tidak dicatatkan dalam DPT, maupun tidak diberikan formulir C6,” ucapnya.
Khususnya, para pemilih milenial, lanjut Udi, harus dibekali agar memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pemilu, terkait para calon anggota legislatif dan sebagainya, karena sejatinya pemilih milenial punya potensi yang besar.
Sementara itu, Ketua KPU Bali I Dewa Gede Agung Lidartawan, menyambut positif terbentuknya JaDI Bali karena dapat menjadi mitra KPU dalam melakukan sosialisasi pada masyarakat dan mengawal demokrasi ke depan.
“Saya sudah menginstruksikan kepada teman-teman kabupaten/kota bahwa rekan-rekan ini bisa jadi partner mereka. Demikian juga para relawan demokrasi dapat menjadikan JaDI Bali sebagai salah satu narasumber,” ujarnya.
Menurut Lidartawan, dengan pengalaman anggota JaDI pada pemilu-pemilu sebelumnya dapat menjadi barometer dalam penyempurnaan penyelenggaraan pemilu ke depan. Termasuk ketika para penyelenggara pemilu saat ini untuk berdiskusi pun sekarang menjadi lebih mudah dengan terhimpunnya para senior kepemiluan tersebut.
Sedangkan Ketua Bawaslu Bali, Ketut Ariyani, mengharapkan, JaDI Bali dapat membantu tugas-tugas pengawasan melalui pengawasan partisipatif, terutama membantu menginformasikan potensi dan dugaan kerawanan pemilu.
“Tanpa dukungan masyarakat, Bawaslu tidak akan dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan maksimal,” katanya.