Angkat Rinjing, Angkat Masa Depan Anak Bangsa
Editor: Satmoko Budi Santoso
Namun, tidak semua relawan memiliki motor dan bisa mengendarai sepeda motor. Setelah melalui pemikiran yang panjang, akhirnya disepakati untuk berkeliling dengan berjalan kaki dan membawa rinjing.
ʺCara ini ternyata sangat efektif, anak-anak ternyata sangat antusias dan rinjing yang sudah jarang dipergunakan oleh masyarakat ini, sukses menjadi magnet untuk anak-anak mendatangi kami, lalu kami sodorkan buku-buku dan mereka tertarik untuk membaca. Dari sebelumnya pengunjung perpustakaan hanya 20 orang per minggu, sekarang setelah jemput bola dengan menggendong rinjing, jumlah peminjam buku meningkat dua kali lipat lebih,ʺ kata Rizki.
Dari 12 relawan di perpustakaan desa tersebut, salah satu relawan yang paling dikenal anak-anak dan masyarakat sekitar adalah Ibu Daryati (52). Meski hanya lulusan SD, namun Bunda Dar, ia biasa dipanggil, sangat cinta pada buku.
Di tengah kesibukannya sebagai ibu dari dua orang anak, serta kegiatan bertani, Bunda Dar selalu menyempatkan diri untuk membaca, dalam satu minggu ia bisa membaca hingga 4-5 buku.
ʺSaya sangat sadar bahwa saya mempunyai keterbatasan dalam pendidikan, karena itu saya ingin terus membaca, sebab buku adalah jendela dunia. Dan yang paling penting, saya ingin anak-anak di desa ini gemar membaca, supaya pengetahuan mereka luas, tidak kalah dengan anak-anak yang sekolah di kota,ʺ tutur pegiat literasi yang bergabung sejak awal pendirian perpustakaan desa ini.
Daryati mengaku, suka membaca buku tentang kesehatan, pertanian, keagamaan, buku masakan serta yang terakhir ia sedang tekun membaca buku tentang cara beternak. Sebab, setelah suaminya yang bekerja di balai desa nanti pensiun, ia ingin beternak bersama suami.