Buah Loa di Mekarsari Berasa Manis dan Renyah
Editor: Koko Triarko
Supatmi menjelaskan, di seluruh batang dan bagian pohon Loa ini memiliki getah yang berwarna putih susu. Beberapa penelitian menyebutkan, getah ini bisa menyebabkan rasa gatal.
“Daun Loa berbentuk seperti daun Beringin. Berwarna hijau gelap dengan bentuk bulat telur sampai lonjong dan meruncing. Setiap daunnya memiliki bulu. Panjang daun sekitar 7,5 hingga 15 cm dan tangkai daunnya antara 2-7 cm,” ucap Supatmi.
Bunga Loa jarang terlihat, tiba-tiba yang terlihat hanya buahnya yang sudah mulai tumbuh. Perkembangbiakannya dibantu oleh serangga, seperti tawon atau bisa juga menggunakan cara stek dan cangkok.
“Dengan struktur batang dan akar yang kokoh, pohon Loa ini cocok sekali digunakan sebagai tanaman penahan longsor. Lagi pula, tanaman ini termasuk tanaman yang mudah tumbuh, selama akarnya tidak tergenang air,” ujar Supatmi.
Sementara itu, beberapa literatur menyebutkan, Loa juga cocok menjadi tanaman bonsai. Karena Loa memiliki jenis tampilan akar yang sangat bagus untuk ditonjolkan.
Pohon Loa banyak disebutkan dalam pengajaran agama Budha. Disebutkan, Sidharta Gautama mendapatkan pencerahan saat duduk di bawah pohon Bodhi, yaitu nama lain dari pohon Loa.
Sementara di dalam agama Kristen dan agama Yahudi, Ara disebutkan beberapa kali dalam kitab Ibrani dan kitab Perjanjian Lama.
“Belum banyak yang mengenal dan membudidayakan pohon Loa ini, karena banyak masyarakat yang tidak mengenalnya. Padahal, Loa ini termasuk buah yang menjadi sumber pakan utama hewan, seperti kelelawar dan monyet. Selain itu, beberapa artikel banyak yang menyebutkan tanaman Loa dapat dijadikan obat,” pungkas Supatmi.