Harga Naik, Permintaan Kedelai Impor di Kudus Turun

KUDUS – Permintaan kedelai impor di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, cenderung menurun menyusul naiknya harga komoditas impor tersebut, kata Ketua Primer Koperasi Tahu-Tempe Indonesia (Primkopti) Amar Ma’ruf.

“Selain itu, kondisi pasar juga sedang lesu sehingga perajin tahu dan tempe di Kabupaten Kudus mengurangi pembelian kedelai impor,” ujarnya di Kudus, Sabtu.

Cuaca seperti sekarang seharusnya memasuki musim kemarau, namun masih sering turun hujan.

Kondisi tersebut, lanjut dia, juga berdampak pada omzet penjualan perajin tahu dan tempe. Akibatnya, kata dia, permintaan kedelai impor di Kudus mengalami penurunan. Jika sebelumnya permintaan bisa mencapai 20-an ton per hari, untuk saat ini hanya 15 ton kedelai.

Harga jual kedelai impor saat ini sebesar Rp6.800 per kilogram, sedangkan sebelumnya hanya Rp6.700/kg. Sementara stok kedelai impor yang tersedia di gudang sebanyak 75 ton.

“Stok kedelai masih bisa ditambah sesuai permintaan,” ujarnya. Untuk kedelai lokal, katanya, saat ini tidak tersedia karena musim panennya sudah lewat.

Beberapa daerah penghasil kedelai, yakni Kabupaten Grobogan, Jember, Lamongan, Jatim dan Kabupaten Pati.

Selama ini, kata dia, ketersediaan stok kedelai lokal memang disesuaikan dengan musim panen dari daerah penghasil kedelai.

Ada pun jumlah pengusaha tahu dan tempe di Kabupaten Kudus diperkirakan mencapai 300-an pengusaha yang tersebar di sejumlah kecamatan, seperti Kecamatan Kota, Jekulo, Kaliwungu, Dawe, Bae, Gebog, Undaan, Mejobo dan Jati. (Ant)

Lihat juga...