Kang Bejo

CERPEN MARWANTO

Awalnya hal ini membuat Kang Bejo serba tak enak. Dipanggil ”kang” risih, dipanggil “mas” juga risih. Namun tak bisa dipungkiri, di balik panggilan “mas” itu telah menancapkan kebanggaan tersendiri di dada Kang Bejo. Dan kebanggaan itulah yang mengantar Kang Bejo menyambut hari pelantikan tiba.

Pagi itu segala persiapan untuk acara pelantikan telah beres. Termasuk pakaian seragam. Hampir semalaman Jum menyiapkannya. Selesai sarapan, Kang Bejo mulai mengenakan satu per satu seragamnya.

Tapi, pakaian yang semula telah pas saat ukur, kini jadi sesak. Celana, baju, jas, sepatu, semuanya sesak.

“Tak apalah Mas, daripada kau tidak ikut dilantik.”

Kang Bejo melangkah ke halaman menghampiri sepeda motornya dengan sekujur tubuh seperti ditelikung. Dan ketika ia hendak mengenakan helm, helm itu tak muat di kepalanya.

“Lho Mas, sepertinya tak ada yang berubah di kepala sampeyan.”

“Coba ambilkan yang satunya,” Kang Bejo mulai panik dan berkeringat.

Semua helm di rumah itu sudah dicoba, tapi tak ada yang muat. Segala upaya juga sudah ditempuh untuk “memperkecil” kepala Kang Bejo, dari membasahi rambut sampai mengundang tukang cukur untuk menggunduli kepalanya.

Tetap saja tak ada helm yang bisa muat di kepala Kang Bejo. Hingga sekujur tubuhnya basah kuyub oleh keringat dan jam di tangannya menunjuk pukul sepuluh, Kang Bejo masih berurusan dengan tutup kepala.

Padahal nun jauh di sana, di gedung megah tempat anggota dewan akan dilantik, sudah berulang kali terdengar panggilan.

“Saudara Bejo Suyanto diharap memasuki ruangan. Sekali lagi kepada yang terhormat Mas Bejo Suyanto Atmowiyono harap segera memasuki ruangan… ” ***

Lihat juga...