Perajin Batu Bata di Palas-Lamsel Terkendala Bahan Baku

Editor: Koko Triarko

LAMPUNG – Pelaku usaha pembuatan batu bata di Kecamatan Palas, Lampung Selatan, kini semakin kesulitan mencari bahan baku. Sebagian dari mereka pun terpaksa mendatangkan bahan baku batu bata dari luar daerah.

Ngadimun, salah satu perajin batu bata di Desa Tanjungsari, Kecamatan Palas, menyebut bahan baku tanah terpaksa didatangkan dari Kecamatan Sragi, Way Panji, hingga ke wilayah Lampung Timur. Selain tanah, kayu bakar dan sekam juga didatangkan dari wilayah lain, agar usaha pembuatan batu bata tetap berjalan.

Batu bata yang sudah kering dalam brak penyimpanan siap dibakar -Foto: Henk Widi

Menurut Ngadimun, bahan baku batu bata berasal dari jenis tanah biasa bercampur tanah liat. Kondisi tanah padas di wilayah Palas yang tidak cocok untuk pembuatan batu bata, membuat perajin memilih membeli tanah dari wilayah lain.

Pasokan tanah bahan baku batu bata, ditawarkan oleh sejumlah pemilik kendaraan pengangkut tanah. Saat stok tanah habis, ia akan memesan bahan baku tanah sesuai kebutuhan yang diperlukan.

Sekali membuat batu bata, Ngadimun bisa mencetak 10.000 buah batu bata, dari satu kendaraan L300. Tanah bahan baku pembuatan batu bata berukuran satu kendaraan L300 dibeli dengan harga Rp250.000, sudah temasuk ongkos bongkar muat.

Tanah yang sudah diangkut selanjutnya dihaluskan menggunakan mesin penghalus tanah (molen), dengan biaya sewa sebesar Rp40.000. Alat penghalus tanah tersebut digunakan untuk memisahkan kotoran, berupa akar tanaman, kerikil sehingga diperoleh tanah halus untuk dicetak.

“Tanah untuk pembuatan batu bata, awalnya bisa diperoleh dari wilayah kecamatan Palas, namun karena jumlah semakin terbatas, harus membeli tanah ke kecamatan lain untuk berlangsungnya produksi batu bata yang kami tekuni selama belasan tahun ini,” terang Ngadimun, Selasa (25/3/2019).

Lihat juga...