Tutut Soeharto : Bapak Berpesan, Kami Harus Sabar Jangan Dendam

Editor: Mahadeva

JAKARTA – Siti Hardijanti Rukmana, mengaku bangga menjadi anak Presiden kedua Indonesia,Jenderal Besar HM Soeharto. Pasalnya, dalam terpaan apapun masalahnya, Pak Harto selalu bersandar pada Allah SWT. 

“Alhamdulillah saya bangga punya Bapak seperti Pak Harto. Apapun yang terjadi, Beliau selalu bersandar pada Allah SWT, dan berpesan pada anak-anaknya agar sabar dan jangan dendam,” kata Tutut Soeharto, dihadapan ratusan peserta pengukuhan pengurus dewan pimpinan pusat Gerakan Bakti Cendana (GBC) di Desa Wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Rabu (20/3/2019).

Tutut Soeharto berkisah, menjelang Pak Harto memutuskan untuk berhenti menjadi Presiden. Di 1998 itu, masyarakat disebutnya sudah tidak menghendaki Pak Harto menjadi Presiden dan memintanya untuk berhenti. “Bapak, masyarakat sudah rawih. Apapun keputusan Bapak, kami akan mendukung Bapak,” ujar Tutut Soeharto mengingat ucapannya yang disampaikan kepada Pak Harto.

Akhirnya Pak Harto memutuskan untuk berhenti menjadi Presiden. Namun jelas Tutut Soeharto, sebelum mengambil keputusan itu, terlebih dulu Pak Harto meminta dirinya untuk mencari buku Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.  “Saya bilang untuk apa Pak?” Bapak malah menjawab “wis goleki bae”. Saya mau berhenti jadi presiden, tapi saya ingin memakai kata yang sesuai dengan UUD 1945. Bapak tidak mau mengatakan mengundurkan diri, Bapak mau mengatakan berhenti,” ujar Tutut  Soeharto mengenang ucapan Pak Harto kala itu.

Putri sulung Presiden Soeharto ini kembali bertanya kepada sang ayah. Yakni apa bedanya mengundurkan diri dan berhenti? Dengan bijaksana, Pak Harto menjelaskan, kalau mengundurkan diri, berarti Bapak diberi tugas oleh masyarakat belum saatnya sudah mengundurkan diri.

Lihat juga...