Autisme Butuh Penanganan Tepat Agar Cepat Adaptif
Editor: Mahadeva
JAKARTA – Autisme atau yang dikenal dengan gangguan spektrum autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) memiliki tingkat keparahan yang bervariasi.
Secara umum, autisme bisa dibagi menjadi tiga, yaitu ringan, sedang dan berat. Proses pemulihan bergantung dari penanganan, dan waktu yang tepat, serta dukungan dari lingkungan sekitarnya. Psikologis Klinis Anak, Anggriana Angguningtyas M.Psi, menjelaskan, autisme sebenarnya gangguan saraf pada tumbuh kembang anak. Hal itu menimbulkan kesulitan pada interaksi, dan komunikasi sosial.
“Jadi ada gangguan neurologis di otak yang menyebabkan penderita autis mengalami kesulitan dalam komunikasi, dan interaksi dengan orang lain. Contohnya penderita autis biasanya sulit untuk kontak mata dengan orang lain,” kata Anggun, saat ditemui di perayaan Hari Autis, Selasa (2/4/2019).
Ciri khas yang paling mudah terlihat dari penderita autis adalah, tidak bisa atau sulit melakukan kontak mata. Sulit berinteraksi, dan selalu melakukan perbuatan berulang-ulang. “Contohnya, ada yang menggerak-gerakkan tangan selama beberapa saat lalu diam. Kemudian menggerakkan tangan kembali. Walaupun tidak ada alasan baginya untuk menggerakkan tangan,” ujar Anggun.
Identifikasi perilaku autis sudah bisa dilakukan sejak berumur satu tahun. Terutama jika orang tua lebih jeli, pada Milestone Tumbuh Kembang anak. “Saat kita gendong dan dia tidak melihat ke arah kita, atau kita berikan mainan mereka tidak memperhatikan, ini sudah merupakan gejala dari gangguan tumbuh kembang. Kalau kita jeli langsung terlihat,” papar Anggun.