Begini Dampak Operasional Jalan Tol Sumatera bagi Sejumlah Sektor
Editor: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Difungsikan sejak 21 Januari 2018 dan dioperasikan sejak 9 Maret 2019 sejumlah dampak Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Bakauheni-Terbanggibesar mulai dirasakan sejumlah pihak.
Operasional JTTS setidaknya berdampak bagi sektor jasa transportasi orang, ekspedisi barang, pelaku usaha jasa, rumah makan serta bagi kondisi infrastruktur Jalan Lintas Tengah Sumatera atau dikenal Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) serta Jalan Lintas Timur Sumatera (Jalinpatim).
Yadi (40) pemilik warung di Desa Pasir Sakti, Kecamatan Pasir Sakti, Lampung Timur (Lamtim) menyebut, meski tidak signifikan beroperasinya JTTS ikut mempengaruhi bisnisnya.
Ia mengaku sebelum JTTS beroperasi ia bisa mendapatkan omzet sekitar Rp1 juta per hari kini hanya berkisar Rp700 ribu per hari. Penurunan jumlah kendaraan yang melintas umumnya berasal dari kendaraan tujuan dan asal Provinsi Sumatera Selatan yang akan menuju ke pelabuhan Bakauheni dan sebaliknya.
Yadi menyebut, dipilihnya JTTS diakuinya karena pengoperasian masih digratiskan. Pemilik jasa ekspedisi memilih menggunakan JTTS untuk melakukan perbandingan efisiensi waktu dan biaya dibanding melintas melalui Jalinpantim.
Imbasnya kendaraan yang berhenti di rumah makan miliknya dan toko oleh oleh berkurang. Meski demikian ia optimis saat tol berbayar sejumlah kendaraan truk ekspedisi akan kembali melintas melalui Jalinpatim.
“Kendaraan yang masih kontinyu melintas di Jalinpatim dan mampir ke warung merupakan kendaraan tujuan Menggala, Mesuji yang justru lebih jauh saat melintas melalui jalan tol dan sejumlah pertimbangan lain,” beber Yadi, salah satu pemilik rumah makan saat dikonfirmasi Cendana News, Kamis petang (4/4/2019).