Mahasiswi UNEJ Ciptakan Bioplastik Berbahan Singkong
Editor: Koko Triarko
Menurutnya, mikroemulsi itu bisa dari ekstrak teh, bunga rosella dan bahan alami lainnya. Mikroemulsi berfungsi menjadi antioksidan, sehingga bioplastik buatannya mampu mencegah makanan menjadi basi atau tengik.
Penambahan tepung kulit singkong dan mikroemulsi, juga memperkuat daya tarik bioplastik, sehingga tidak mudah rusak akibat terkena air.
“Dari pengukuran yang kami lakukan, SMATIC memiliki daya tarik 5 megapascal, sementara untuk plastik konvensional daya tariknya mencapai 17 megapascal,” jelas mahasiswi angkatan 2016, ini.
Meida sengaja membuat SMATIC yang fungsinya untuk membungkus makanan, khususnya kue basah, seperti jenang, dodol atau kue suwar suwir khas Jember. Dengan SMATIC, maka kue seperti suwar suwir tidak mudah basi atau tengik, sementara penambahan mikroemulsi menjadi nilai lebih, karena mengandung antioksidan.
“Kue yang dibungkus dengan SMATIC, bisa dimakan dengan plastik pembungkusnya sekaligus, karena aman, malah mengandung antioksidan dari teh atau bunga Rosella atau dari bahan alami lainnya. Ini adalah keunggulan SMATIC. Sementara jika mau dibuang pun, akan terurai di alam dengan sendirinya,” imbuh Meida, yang merupakan putri dari Suparman dan Sri Gati.
Proses pembuatan SMATIC tidak memerlukan teknologi tinggi. Meida mencampurkan 4 gram pati singkong dengan 6 gram tepung kulit singkong. Kemudian dicampur dengan bahan-bahan lainnya untuk kemudian dipanaskan.
Setelah menjadi bubur, disapukan dengan ketebalan sesuai kebutuhan ke wadah yang sudah disiapkan. Dengan komposisi bahan tersebut, Meida mendapatkan 30 lembar bioplastik ukuran 21 X 9 centimeter, dengan harga Rp7.700.