Melihat Asa Nelayan Rajabasa, Usai Tsunami Selat Sunda

Editor: Mahadeva

LAMPUNG – Geliat masyarakat di Pesisir Rajabasa yang terdampak tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018 silam mulai terlihat. Warga terdampak tsunami yang ada di Desa Way Muli, Desa Kunjir, Desa Way Muli Induk, Desa Sukaraja dan desa-desa di sepanjang pesisir Kecamatan Rajabasa sudah mulai beraktivitas.

Rumah yang rusak sedang sudah mulai direnovasi. Sedangkan yang rusak berat ditinggalkan. Sesuai data resmi pusat informasi bencana alam tsunami Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan, ada 817 bangunan rumah rusak, baik ringan, sedang maupun berat.

Abdul Hamid (60) warga Dusun Pangkul,Desa Sukaraja,Kecamatan Rajabasa Lampung Selatan menanam puluhan pisang kepok dibekas reruntuhan rumah yang hancur akibat tsunami pada 22 Desember 2018 silam – Foto Henk Widi

Salah satu penyintas tsunami, yang selamat meski kehilangan rumah dan harta bendanya, Abdul Hamid (60), mengaku masih tinggal di Hunian Sementara (huntara). Rumahnya hilang diterjang tsunami hingga rata dengan tanah.

Warga Desa Sukaraja tersebut, tinggal di huntara yang dibangun Nahdatul Ulama (NU) Peduli Kemanusiaan. Total ada 27 huntara yang dibangun di Desa Sukaraja. Di atas lahan yang rumahnya belum dibangun kini ditanami pisang kepok, ambon dan pisang muli. “Selama di huntara, pekerjaan sebagai nelayan sementara ditinggalkan. Untuk mendapatkan penghasilan saya menanam pohon pisang,” terang Abdul Hamid saat ditemui Cendana News, Kamis (4/4/2019).

Tanaman pisang yang bisa berbuah setelah lima hingga enam bulan bisa menjadi harapan. Harga pisang bisa mencapai Rp20.000 hingga Rp30.000 pertandan, untuk jenis pisang kepok.

Lihat juga...