Minim Perhatian , Kerajinan Kipas Bantul Tetap Tembus Pasar Ekspor

Editor: Mahadeva

YOGYAKARTA – Bertempat di teras sederhana rumah miliknya, Muhammad Rido Hadi (38) sibuk mengemas ribuan kipas bambu. Kerajinan pesanan pelanggan disusun rapi dimasukan ke sebuah karung goni.

Sementara itu, istri dan kerabat Rido, nampak telaten membuat kipas bambu secara manual. Sang istri bertugas memasang kain pada kerangka kipas, sementara kerabatnya bertugas merapikan kipas yang baru selesai dirangkai.

“Kipas-kipas ini rencananya mau saya kirim ke Malang. Kemarin juga baru saja kirim ke Bali dan Surabaya. Semua pesanan pelanggan,” kata Rido, warga dusun Banyon RT 73, Pendowoharjo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Rido merupakan salah satu, dari puluhan perajin kipas bambu yang ada di Dusun Banyon. Sejak 80-an,  kawasan tersebut sudah dikenal sebagai sentra industri kipas bambu di wilayah Bantul. Rido mulai membuat kipas bambu sejak 2002 lalu. Ia meneruskan usaha turun temurun orang tua, yang berprofesi sebagai perajin kipas bambu sejak 1978.

Meski hanya memasarkan secara online lewat media sosial, seperti Facebook dan Instagram, Rido mampu menjual produk karyanya hingga ke berbagai daerah di pelosok tanah air. Bahkan hingga ke luar negeri.  “Alhamdulillah sudah pernah kirim ke semua pulau besar di Indonesia. Mulai dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTT hingga Papua. Bahkan saya juga ada reseller di Malaysia,” kata Rido yang merupakan owner Ari Craft Sofenir.

Perajin kipas bambu, Muhammad Rido Hadi (38) – Foto : Jatmika H Kusmargana

Bapak satu anak tersebut hanya membuat satu macam jenis kerajinan yaitu kipas bambu. Produk tersebut biasa digunakan suvenir mulai dari hajatan pernikahan hingga acara yang digelar instansi atau perusahaan.  “Saya hanya memanfaatkan bambu dan kain perca kiloan sebagai bahan baku. Tapi kalau ada yang ingin memesan dari plastik atau sablon juga bisa. Untuk prosesnya semua dikerjakan secara manual pakai tangan,” tandasnya.

Lihat juga...