Pengelolaan Sampah di NTB Masih Butuh Kesadaran Masyarakat
Editor: Mahadeva
MATARAM – Sampah menjadi salah satu permasalahan pelik yang dihadapi hampir semua daerah di Indonesia. Utamanya untuk mereka yang tingggal di kawasan perkotaan, seperti juga yang terjadi di Nusa Tenggara Barat.

“Kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan, dengan tidak membuang sampah sembarangan, menjadi salah satu faktor utama, mengapa permasalahan sampah sulit teratasi,” kata Gubernur NTB, Zulkiflimansyah, Rabu (25/4/2019).
Untuk mengatasi sampah di NTB, selain melalui regulasi, penyiapan penganggaran, juga harus didukung keinginan dan kemauan masyarakat. Utamanya untuk membangun kesadaran tentang pengelolaan sampah.
Program dan anggaran yang besar, tidak akan berdampak jika kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah masih belum terbangun. Pola pikir masyarakat dalam pengelolaan sampah harus diubah.
“Mewujudkan NTB bebas sampah merupakan sesuatu yang gampang diucapkan, tapi susah dalam pelaksanaan. Bahkan, di lingkungan pemerintahan, masalah kebersihan juga masih kurang diperhatikan, masih butuh waktu,” tandasnya.
Kendati demikian, Zulkiflimansyah optimistis, program NTB bebas sampah akan dapat terwujud dalam lima tahun ke depan. Sampah bisa diolah dan memberikan keuntungan secara ekonomi. Hanya perlu dilakukan pemilahan sampah organik dan anorganik.
Sampah plastik dapat dijual ke bank sampah. Sedangkan sampah organik dapat diolah menjadi pupuk. Penggunaan anggaran program NTB bebas sampah, harus dimulai dari menyediakan bak sampah.
Sebelumnya, Kepala Dinas LHK NTB, Madani Mukarom, menjelaskan, untuk mewujudkan NTB bebas sampah, sebanyak 239 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) akan mendirikan bank sampah. Pemprov NTB Bebas Sampah melalui Dinas LHK, dilakukan dengan masuk ke desa berpenduduk padat. Ke depannya, satu bank sampah menangani sampah dari 600 Kepala Keluarga (KK).