Tanaman Padi Roboh, Pemanenan Sulit Dilakukan
Editor: Mahadeva
LAMPUNG – Panen raya padi di Lampung Selatan diiringi hujan dan angin kencang. Imbasnya, padi seperti yang ada di Desa Tanjungheran dan Desa Pasuruan Kecamatan Penengahan roboh.
Robohnya tanaman padi tersebut, membuat pekerja kesulitan memanen. Ahmad, salah satu pekerja menyebut, proses panen membutuhkan waktu lebih lama, karena tanaman dalam kondisi roboh. Tanaman padi roboh lima hari sebelum panen. Meski roboh, padi yang sudah memasuki masa panen tersebut dalam kondisi tidak terendam air. Sehingga pemanenan segera dilakukan untuk meminimalisir kerusakan padi.
Pemanenan dilakukan manual menggunakan sabit gergaji, menjadi lebih lambat, karena rumpun padi berserakan. “Kondisi rumpun padi yang roboh membuat pemanenan menjadi lebih lama, apalagi hamparan tanaman padi roboh mencapai puluhan petak,” terang Ahmad salah satu pekerja pemanenan, Selasa (2/4/2019).
Kondisi tanaman yang memiliki bulir cukup bagus, membuat tanaman tidak kuat menahan beban. Hal itu diperparah kondisi cuaca yang tidak bersahabat. Selain padi jenis Ciherang dan IR64, tanaman padi ketan putih juga terlihat roboh. Petani memanen segera, untuk menghindari hujan kembali turun dan kerusakan akan semakin besar.
Salah satu pekerja pemanen, Suharti, menyebut, pekerja pada proses pemanenan mendapatkan upah padi. Pembagian hasil panen dilakukan dengan perbandingan enam berbanding satu. Saat dihasilkan ebam karung padi, maka satu karung padi yang dihasilkan menjadi milik pekerja. Pada satu kali panen, pekerja bisa menghasilkan sekira 36 karung. Pekerja berjumlah sekira 30 orang, bisa mendapatkan hasil sekitar enam karung, yang kerap dibagi dalam bentuk beras.