Transaksi Nontunai di Kaltim Masih Kecil

Editor: Satmoko Budi Santoso

BALIKPAPAN – Meski pertumbuhan uang elektronik di Indonesia terus berkembang pesat, transaksi nontunai di Kalimantan Timur masih sangat kecil.

Asisten Analis Ekonomi KPw BI Kaltim, Wahyu Baskara Santoso, menerangkan, secara pengguna, untuk wilayah Kawasan Indonesia Timur (KTI), Kaltim berada di peringkat teratas. Jumlahnya mencapai 184.333 pengguna.

“Namun transaksinya tidak terlalu besar. Data 2017, transaksi dalam satu tahun untuk nontunai atau uang elektronik sekitar Rp113 juta,” kata Wahyu Baskara, Selasa (23/4/2019).

Ia melanjutkan, potensi Kaltim dalam penggunaan uang elektronik cukup besar, akan tetapi, Wahyu Baskara menilai peran dari pemerintahnya belum terlalu aktif. Infrastruktur yang ada masih terbatas.

“Untuk layanan publik yang untuk nontunai melayani parkir di beberapa mal Balikpapan dan Samarinda. Hanya saja, pengalaman saya, justru lebih lama dan terkadang alasannya mesinnya rusak. Ya mau bagaimana lagi. Kalau bisa ada penegasan dari pemerintah,” imbuh Wahyu.

Sementara Asisten Analis TPE KPw BI Kaltim, Dirwanta Firsta, berharap, pemerintah setempat harus tegas. Pembayaran nontunai atau uang elektronik di Jakarta baru terlihat atau cepat pertumbuhannya sejak diwajibkan pengguna tol menggunakan uang elektronik.

“Kalau di Kaltim masih menjadi pilihan. Tetapi, BI juga tidak tinggal diam, dari sistem pembayaran pemerintah berbagai MoU pembayaran nontunai sudah dijalankan,” terangnya.

Sistem pembayaran nontunai saat ini masih kalah dengan uang elektronik yang dimiliki perusahaan nonperbankan. Khususnya sejak perusahaan layanan transportasi Go-Jek tumbuh di Indonesia.

Kepala Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Kalimantan Timur, Prabu Dewanto, mengakui, kalau untuk uang elektronik milik perbankan gerakan ke lapangan lebih lambat. Berbeda dengan start up yang memiliki uang elektronik, pergerakan mereka sangat cepat.

Lihat juga...