Transaksi Nontunai di Kaltim Masih Kecil

Editor: Satmoko Budi Santoso

“Dari jumlah nominal transaksi nontunai di Kalimantan Timur ini masih sedikit. Faktornya paling utama kebiasaan masyarakat serta infrastruktur yang masih jarang. Selain itu, kalau untuk e-money atau uang elektronik bank, memang lambat daripada start up.

Kenapa? Pertama karena birokasi bank terlalu Panjang. Berbeda dengan start up, mereka untuk memutuskan dalam waktu satu minggu atau satu bulan saja sudah bisa. Sedangkan bank bisa sampai satu tahun,” terangnya.

Selain itu, sambungnya, faktor regulasi yang masih mengekang bank. Perbankan yang mengatur banyak mulai dari OJK, BI, dan lembaga lainnya. Akhirnya hal itu membatasi ruang gerak mereka. Jadi faktor internal dan regulasi ini, kenapa selama ini uang elektronik bank kalah dengan start up.

Menurutnya, solusi yang bisa diambil adalah, bank bisa melakukan sinergi dengan start up. Beberapa bank mulai melakukan hal ini. Mereka sadar, start up atau bisnis rintisan ini bisa jadi momok bagi perbankan. Sama halnya yang sempat terjadi dahulu.

“Dulu perbankan terancam karena industri telekomunikasi. Banyak perbankan yang mengeluh karena industri ini. Bahkan minta dianaktirikan. Tapi kami tidak lantas melakukannya. Mereka berkembang dengan jalannya sendiri. Nah sekarang ini start up yang menjadi ancaman. Sejumlah bank misalnya BCA dan BNI telah menggandeng pelaku start up. Bahkan mereka sudah merencanakan dalam rencana bisnis mereka. Wadah para start up mereka tampung,” jelasnya.

Ia menuturkan, langkah ini bisa dilakukan perbankan lainnya. Yang sudah mulai dikembangkan ada wadah uang elektronik, link saja. Tetapi, kalau masalah internal seperti perbankan masih dibawa percuma saja justru bisa mati.

Lihat juga...