Manis Legitnya Jajanan ‘Piscok’ Kota Malang

Editor: Koko Triarko

“Penggorengannya pun harus benar-benar sampai coklat. Karena kalau warnanya masih agak putih, justru orang banyak yang tidak suka. Mereka justru lebih suka yang warnanya benar-benar coklat,” terangnya.

Untuk bahan-bahannya juga mudah didapatkan, seperti kulit lumpiah, pisang maupun coklat meses. Dikatakan Siti, sebenarnya semua jenis pisang bisa digunakan, yang penting bukan pisang mas atau pisang nangka.

“Kalau saya pakainya biasanya pisang mahal, seperti pisang rojo molo yang rasanya manis, atau pisang ambon. Tapi kalau saat pisang susah, biasanya kita ganti dengan pisang hijau,” ucapnya.

Begitu juga coklat meses yang di pakai harus meses pilihan, bukan meses sembarangan yang kalau dimakan rasanya pahit.

“Pada dasarnya orang berjualan untuk mencari untung, tapi saya kalau hanya mengejar untung, saya bisa pakai sembarang jenis meses, tapi saya tidak mau. Meskipun untung sedikit yang penting lancar, dan saya pakainya bahannya yang bermutu,” katanya.

Sementara itu, harga piscok juga dirasa sangat terjangkau. Hanya Rp2.000 per biji.

Lebih lanjut, Siti mengaku, pada saat awal berjualan Piscok, dirinya bisa membuat sampai 10 Kilogram atau sekitar 600 biji piscok. Tapi sekarang, produksninya berkurang karena tenaga lintingnya kurang.

“Sekarang tenaganya terbatas, jadi produksi piscoknya juga berkurang,” pungkasnya.

Bagi yang berminat mencicipi kelezatan Piscok buatan Siti, bisa langsung datang ke stan kuenya yang berada di daerah jalan Sulfat, Kota Malang.

Lihat juga...