Menelisik Tradisi ‘Tujuh Likur’ Warga Kaitetu
AMBON — Warga muslim di Desa Kaitetu (Pulau Ambon), Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Rabu (29/5), menggelar peringatan malam Tujuh Likur Ramadan 1440 Hijriyah dengan menyedekahkan ketupat ke masjid dan mushala setempat.
Peringatan tersebut berkaitan dengan perayaan Lailatul Qadar, malam diturunkannya Alquran yang mana diperingati pada 10 malam terakhir bulan Ramadan.
Tradisi peringatan malam Tujuh Likur dilaksanakan oleh masyarakat Kaitetu dengan menyedekahkan ketupat ke Masjid Wapauwe yang merupakan masjid tertua di Maluku, Masjid Hena Telu dan Mushala Nur’ain.
Ketupat yang disedekahkan dan disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga, termasuk bangunan tempat tinggal, mulai dihantarkan ke masjid dan mushala selepas salat Ashar.
Proses menghantarkan ketupat ke masjid tidak dilakukan secara acak, melainkan berdasarkan mata rumah (kelompok marga dalam strata masyarakat adat Maluku).
Keluarga yang bermarga Hatuwe dan Nukuhaly misalnya, sebagai keluarga yang berasal dari mata rumah hulubalang raja, ketupat mereka harus dihantarkan ke Masjid Wapauwe.
Penghulu Masjid Wapauwe Jafar Lain mengatakan sedekah ketupat telah dilaksanakan sejak zaman leluhur masyarakat Kaitetu. Tradisi ini dimaknai sebagai bentuk ungkapan rasa syukur dan suka cita diturunkannya Alquran.
Sedekah tersebut juga bagian dari ungkapan terima kasih kepada para penghulu masjid karena telah memimpin shalat tarawih selama Ramadan.
Karena itu sebagai balasannya, para penghulu masjid akan mendoakan tiap-tiap kepala keluarga agar diberikan kesehatan dan keselamatan, sehingga bisa kembali melaksanakan ibadah puasa pada Ramadan berikutnya.