Jelang Idul Fitri, Warga Lamsel Lakukan Tradisi Ziarah Makam
Editor: Mahadeva
LAMPUNG – Tiga hari menjelang hari raya Idul Fitri 1440 H, warga Lampung Selatan (Lamsel) mulai berziarah. Tradisi ziarah kubur tersebut biasa disebut oleh mereka dengan nyekar.
Mujiono, salah satu warga asal Desa Gandri, Kecamatan Penengahan menyebut, nyekar ke makam keluarga yang sudah meninggal sudah turun temurun dilestarikan. Ziarah jelang Idul Fitri, sebagai bentuk penghormatan.
Meski anggota keluarga sudah meninggal, bentuk rasa hormat,mengenang dan mendoakan, menjadi kewajiban keluarga yang masih hidup. Pada tradisi ziarah, warga membawa air bersih, bunga, minyak wangi dan buku doa. Serta peralatan kebersihan seperti sapu, sabit dan cangkul untuk membersihkan makam.
“Kemarin masih sibuk bekerja semantara pada libur akhir pekan ini saya bersama keluarga berkesempatan mengunjungi makam keluarga. Ada tiga lokasi karena kami merupakan keluarga besar,” terang Mujiono, kepada Cendana News, Minggu (2/6/2019).
Mujiono menyebut, ziarah makam memiliki makna mendoakan keluarga yang sudah meninggal. Mengingat jasa para pendahulu, mengenalkan generasi penerus kepada keluarga pendahulu. Sebab, pada zaman modern ini, anak muda kerap enggan melakukan tradisi ziarah makam keluarga. “Pada tradisi Jawa kami diajarkan untuk menghormati orangtua dan mengajak anak anak mengetahui silsilah agar tidak kepaten obor karena tidak ada yang menerangkan,” ujar Mujiono.
Warga Penengahan lain, Hendra, menyebut, ziarah menjadi tradisi yang dilestarikan. Lelaku asal Jawa Tengah tersebut mengatakan, mengunjungi makam keluarga menjadi upaya pengingat diri. Sebab Ramadan menjadi kesempatan untuk intropeksi diri, memperbaiki diri. Hendra menyebut, ziarah dilakukan dengan membersihkan rumput di sekitar makam. Meski juru kunci kerap sudah membersihkan area makam secara keseluruhan, keluarga ahli waris masih tetap melakukan tradisi pembersihan.