Kemarau Tiba, Pedagang Air Keliling di Lamsel Ketiban Rejeki
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Menipisnya debit air saat kemarau diakui Astri sangat dirasakan warga di perbukitan Bakauheni. Pasalnya jenis perbukitan padas yang sulit dibuat sumur mengakibatkan warga tidak bisa membuat sumur gali.
Beberapa warga yang mencoba membuat sumur bor tidak memperoleh mata air meski kedalaman sudah mencapai 70 hingga 100 meter. Kebutuhan air bersih juga diperoleh dari sungai Kepayang yang mulai menipis debitnya saat musim kemarau.
Kemarau yang mulai tiba menjadi berkah bagi penjual air keliling salah satunya, Sepron. Sebagai penjual air keliling ia mulai berjualan sejak empat tahun terakhir.
Bermodalkan mobil bak terbuka dan tangki air, mesin alkon pemompa air, ia berkeliling menawarkan air. Memiliki sumber air bersih dari mata air yang ada di Umbul Jering, dalam sehari ia bisa memperoleh pesanan sekitar empat bak air.
“Saya melayani permintaan untuk rumah tangga dan sebagian bagi pemilik warung di Jalinsum yang jauh dari sumur,” papar Sepron.
Sepron mengungkapkan harga air yang dijual menyesuaikan volume. Pada pengiriman normal, ia memastikan sebanyak lima hingga enam konsumen dilayani. Namun saat musim kemarau sebanyak 10 hingga 15 pemesan dikirimi air bersih dengan volume 1200 liter.
Menjual air bersih dengan harga Rp70.000 untuk satu bak air bersih ia kerap mendapat pesanan hingga 2400 liter per konsumen. Meski demikian sejumlah pembeli ada yang memilih membeli dari tangki ukuran 5.000 liter.
Sahdani, penjual air bersih dengan sistem tangki mengaku order air bersih semakin meningkat saat kemarau. Satu tangki dijual dengan harga Rp250.000 kerap diminta untuk mengisi tower.
Sejumlah warga pemilik sumur yang mulai mengalami penurunan debit air bersih kerap harus membeli untuk kebutuhan sehari-hari. Permintaan diakuinya akan semakin meningkat mendekati awal Juli karena wilayah Lamsel mulai dilanda kemarau.