Mengenal Mars dalam Berbagai Budaya Dunia

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

JAKARTA – Planet Mars sudah sejak lama dikenal oleh masyarakat dunia, jauh sebelum penelitian secara saintifik dilakukan. Termasuk oleh masyarakat Indonesia. Walaupun masyarakat mengenalnya bukan sebagai planet Mars tapi sebagai bintang.

Ahli Astronomi Planetarium dan Observatorium Jakarta, Widya Sawitar, menyebutkan, planet Mars dikenal masyarakat karena tampilannya yang cemerlang.

“Sejak dulu masyarakat sudah memperhatikan Mars sebagai bintang yang terkadang terang dan terkadang redup. Setelah melewati penelitian, diketahui penyebabnya adalah karena lintasan elipsnya. Jadi saat dalam lintasan dekat, maka ukurannya membesar dan menjadi terang. Saat lintasan jauh, dia menjadi kecil dan redup,” kata Widya, Selasa (25/6/2019).

Bangsa Mesir Kuno menyebut Mars sebagai Doshiri dan menjulukinya Sekded-ef em khetkhet. Karena gerakannya yang terkadang berhenti lalu bergerak mundur.

“Gerak mundur ini secara teknis disebut retrograde yaitu gerakan bergeser dari timur ke barat di kubah langit,” kata Widya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, pada 30 Juni 2016, Mars dari gerak retrograde kembali bergerak normal atau maju (prograde).

“Di Tiongkok, planet Mars dikenal berdasarkan unsur merkuri sulfat yang identik dengan warna merah. Bagi mereka, warna merah itu pertanda bencana, wabah penyakit dan penderitaan lainnya. Dan karena dianggap sebagai warna api, juga dikaitkan dengan neraka. Sehingga dalam budaya Tiongkok, Jepang dan Korea, Mars dikenal sebagai Bintang Api atau Fire Star,” urai Widya.

Di Indonesia sendiri, Mars dikenal sebagai Lintang Joko Belek. Yang secara harafiah menggambarkan pemuda yang sedang sakit mata.

Lihat juga...