Panen Singkat, Kolonjono Miliki Nilai Jual Tinggi
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
YOGYAKARTA – Memasuki musim kemarau sejumlah petani di kabupaten Bantul Yogyakarta justru memilih menanam rumput di lahan pertanian mereka. Rumput jenis Kolonjono itu dipilih, karena dianggap memiliki nilai jual lebih tinggi dibanding hasil panen tanaman palawija pada umumnya.
Seperti dilakukan salah seorang petani, warga dusun Sanan, Bawuran, Pleret, Bantul, Sugeng. Lelaki satu ini mengaku sudah beberapa tahun terakhir menanam rumput Kolonjono di lahan sawah miliknya setiap memasuki musim kemarau atau musim tanam kedua – ketiga.
Selain dimanfaatkan untuk pakan ternaknya sendiri, rumput-rumput itu juga ia jual kepada pedagang/pengepul untuk dikirim ke daerah-daerah lain dengan nilai jual cukup tinggi. Di daerah minus, seperti Gunungkidul rumput Kolonjono memang menjadi komoditas yang diperdagangkan setiap musim kemarau seiring minimnya ketersediaan rumput hijauan pakan ternak.
“Saya menanam Kolonjono di lahan seluas 350 meter persegi. Selain perawatannya mudah, hasil menanam Kolonjono juga tak kalah jika dibanding tanaman palawija seperti kedelai, kacang, jagung, dan lain-lain,” ungkapnya, Sabtu.
Bagaimana tidak, dari lahan yang tidak terlalu luas itu, Sugeng mengaku bisa mendapatkan pemasukan hingga Rp700 ribu sekali panen. Pada masa panen kedua, seiring semakin lebatnya rumput Kolonjono yang ditanam, penghasilannya bisa meningkat hingga Rp1 juta lebih.
Hal itu tak lepas karena tingginya harga jual rumput Kolonjono yang mencapai Rp10 ribu per ikatnya.
“Menanam rumput Kolonjono itu enak sekali. Karena bibit tidak perlu beli. Tinggal ambil yang sudah ada, lalu dibiakkan saja. Selain itu masa panen juga singkat. Hanya butuh sekitar 40 hari saja. Setelah panen pertama, hasilnya juga akan semakin meningkat seiring semakin lebatnya rumput,” katanya.