Peduli Konservasi, Selamatkan Penyu di Padang Pariaman

Ilustrasi - Tukik atau anak penyu - Dok CDN

Di awal konservasi dibuka, telur yang dia bawa dihargai Rp3 ribu per butir dengan sistem pembayaran tunai. Namun sekarang harga telur tersebut naik Rp150 per butir dengan sistem pembayaran nontunai.

Menurut pengakuan Hendri, dalam beberapa tahun terakhir, telur yang ditemukan berkurang. Padahal pada 2009 dan 2010, dalam semalam dirinya dapat menemukan empat sampai delapan tempat bertelur induk penyu.

Sekarang untuk menemukan satu saja sudah sulit, sedangkan orang yang khusus mencari telur seperti hal yang dijalaninya bisa dikatakan tidak ada.

Dulu ia bisa mendapatkan uang Rp7 juta untuk sekali pencairan namun sekarang hanya Rp4 juta yang dikumpulkannya dalam beberapa bulan.

Karena mulai sulit ditemukan, maka dia sesekali keluar dari lokasi pencarian yang biasa yaitu hingga Pantai Kota Pariaman.

Risikonya, dia dihadang oleh sejumlah pemuda karena mereka menganggap pantai tersebut adalah wilayahnya sehingga orang lain dilarang masuk untuk mencari telur penyu.

Hal itu tidak membuat Hendri bergeming padahal dia tidak memiliki tanda pengenal dari pihak terkait yang memudahkannya dalam mencari telur.

Hendri menyampaikan keberaniannya muncul karena ia meyakini masih banyak orang mencari telur penyu untuk dijual kepada oknum yang tidak bertanggung jawab.

Dia mengungkapkan bahwa pencarian telur penyu dan dijual ke konservasi juga didasari oleh desakan ekonomi yang mana ia sekarang telah memiliki satu istri dan satu anak.

Jika, dia tidak keluar tengah malam untuk mencari telur maka ada dua kerugian yang ditimbulkan, yaitu telur akan diambil oleh oknum tidak bertanggungjawab dan pundi-pundi penghasilannya akan hilang.

Lihat juga...