Peduli Konservasi, Selamatkan Penyu di Padang Pariaman
Hal tersebut yang menguatkan hatinya untuk mengendarai motornya pada malam hari dengan jarak tempuh belasan kilometer mulai dari rumahnya di Kecamatan Sintuak Toboh Gadang ke lokasi awal penelusuran.
Pengetahuannya tentang telur penyu didapatkannya semenjak kecil. Pengetahuan itu diperoleh karena rumah orang tuanya berada di tepi pantai.
Hendri mengungkap ia selalu membaca tanda-tanda alam untuk mengetahui kapan penyu akan bertelur. Salah satu tanda tersebut yaitu ketika laut pasang naik.
Untuk melihat lokasi penyu menetaskan telurnya, dapat dilihat dari jejak yang ditinggalkan di pasir.
Jika, jejak tersebut berbentuk zig-zag maka induk penyu sedang mencari lokasi bertelur atau mempermudah pendakian. Namun jika jejaknya lurus ke arah laut maka induk penyu telah meninggalkan pantai.
Setiap pasang tiba, ia akan mendatangi pantai untuk memulai penelusuran dengan waktu yang berbeda setiap harinya. Jika hari pertama ia memulai pencarian pukul 22.00 WIB maka hari berikutnya pencarian akan dimulai pada pukul 23.00 WIB.
Begitu juga dengan pengetahuannya dalam mengambil telur dan membawanya ke konservasi. Ia akan menyertakan pasir tempat induk mengeluarkan telurnya guna menjaga kehangatan dan meminimalkan guncangan saat membawanya.
Ia menyampaikan ada musim penyu banyak bertelur ke pantai itu bahkan dalam semalam ia bisa menemukan empat lokasi.
Penelusuran pantai untuk mencari telur tersebut tidak dapat dijalankannya setiap hari serta berlanjut sampai nanti karena terbatas dengan fisik yang tentunya semakin lemah. “Jika tenaga saya masih kuat tentu pencarian akan tetap saya lakukan,” katanya.