Warga Lamsel Masih Lestarikan Tradisi ‘Ater-ater’
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Tradisi gotong royong yang positif membantu warga yang sedang hajatan, masih lestari di Lampung Selatan (Lamsel). Salah satunya, ater-ater, yang merupakan rangkaian kegiatan rewang (bantu-membantu) yang dilakukan saat resepsi pernikahan atau pesta keluarga. Pada tradisi suku Jawa, ater-ater masih dipertahankan sebagai bentuk terjaganya sikap saling membantu.
Nasruloh, penjabat kepala desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Lamsel, mengatakan, ater-ater juga kerap dikenal dengan Punjungan. Bagi suku Jawa, kegiatan tersebut masih menjadi tradisi rutin dalam rangkaian acara hajatan.
Sebelum acara resepsi pernikahan, keluarga menggelar acara midodareni atau tirakat sebelum hari pelaksanaan pernikahan. Seluruh warga yang diundang ikut memberikan dukungan kepada calon mempelai.
Doa saat malam midodareni dilakukan, agar pelaksanaan resepsi pernikahan berjalan dengan baik. Kehadiran warga untuk berdoa menyesuaikan dengan agama yang dianut keluarga yang akan menggelar resepsi pernikahan.
Bagi yang beragama Katolik, doa digelar agar sakramen perkawinan di Gereja berjalan dengan lancar. Selain itu, pelaksanaan usai pemberian sakramen perkawinan dilakukan agar resepsi berjalan baik.
“Sebagai undangan resmi, ater-ater atau punjungan akan dikirimkan kepada keluarga yang dikenal, kerabat terdekat agar bisa datang saat hari resepsi pernikahan untuk memberikan doa restu,” terang Nasruloh, Minggu (30/6/2019).
Saat ater-ater, sejumlah warga membantu proses memasak, menyiapkan menu hingga mengantar ke kerabat terdekat. Pada salah satu warga yang tengah melakukan hajatan, jumlah ater-ater yang harus diantar mencapai 850. Warga yang mendapat ater-ater tersebut berada di sejumlah kecamatan yang ada di Lamsel. Proses mengantar kerap mempergunakan kendaraan roda dua dan roda empat.