Hasto Siap Sasar Remaja Edukasi Kesehatan Reproduksi

Ilustrasi BKKBN - Dok: CDN

Sekitar 47 persen kematian balita adalah kematian neonatal. Kematian neonatal berkaitan erat dengan kualitas pelayanan persalinan, dan penanganan bayi baru lahir yang kurang optimal segera setelah lahir, dan beberapa hari pertama setelah lahir. Sedangkan kekerdilan pada anak erat kaitannya dengan kesehatan ibu hamil, pemenuhan gizi bayi dalam kandungan, hingga gizi bayi jelang usia dua tahun.

Penanganan tiga masalah kesehatan tersebut perlu kerja bersama lintas kementerian-lembaga, yang berkaitan erat dengan faktor penyebab di hulu persoalan.

Dalam konteks tugas dan fungsi BKKBN, Hasto sebagai Kepala BKKBN yang memiliki latar belakang sebagai dokter spesialis kebidanan dan kandungan, mengambil peran di hulu melalui edukasi masyarakat sebagai upaya pencegahan.

Lebih jauh lagi, Hasto menyasar para remaja yang kelak akan menjadi orang tua, agar lebih berpengetahuan di bidang kesehatan keluarga, termasuk dalam kesehatan reproduksi.

Tantangan lain yang juga menjadi masalah dalam kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan AKI, AKB, dan kekerdilan adalah tingginya angka perkawinan dini di Indonesia yang mencapai 11,2 persen.

Perkawinan dini yang mengarah pada kehamilan usia dini memiliki risiko sangat tinggi dan bisa berujung pada kematian ibu, kematian bayi, atau stunting.

Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dwi Listyawardani, mengungkapkan, faktor paling banyak tingginya angka perkawinan dini disebabkan oleh pergaulan bebas, faktor kemiskinan, budaya, dan agama.

Dia juga menyebut, angka perkawinan dini tinggi di wilayah pedesaan dibanding perkotaan, dikaitkan dengan angka kemiskinan. Banyak anak yang putus sekolah, kemudian berujung pada perkawinan dini.

Lihat juga...