Indonesia Pernah Jadi Pengekspor Minyak Terbesar di Dunia
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Ekonomi senior Institute of Development for Economivs and Finances (INDEF), Faisal Basri mengatakan, Indonesia pernah menjadi negara pengekspor minyak dan gas alam terbesar di dunia. Namun sejak tahun 2013, Indonesia mengalami defisit minyak mentah (crude).
“Artinya sejak 2013, impor minyak mentah lebih besar dari ekspor minyak mentah. Defisit BBM sudah jauh lebih lama, yaitu sejak 1996,” kata Faisal pada diskusi online INDEF bertajuk ‘Problem Defisit Migas dan PR ke Depan’, Minggu (28/7/2019).
Adapun defisit minyak total (minyak mentah dan produce minyak/BBM) terjadi sejak 2003. Pada saat ini gas alam masih surplus, namun tidak lagi bisa menutupi defisit minyak. Defisit migas mulai terjadi pada 2012.
Kalau bicara energi, Indonesia sejauh ini masih surplus karena ditolong batu bara. Tahun 2018 ekspor batu bara mencapai USD20,6 miliar, dan transaksi energi secara keseluruhan masih surplus USD8,2 miliar.
“Namun, kita harus waspada, karena defisit energi sudah di depan mata. Mulai 2021 diperkirakan kita sudah mengalami defisit energi. Defisit energi akan mengakselerasi jika kita tidak melakukan apa-apa (business as usual). Defisit energi bisa mencapai USD80 miliar atau 3 persen Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2040,” ujar Faisal.
Kondisi tersebut bertolak dari 2 faktor utama. Pertama, sebutnya, yakni konsumsi energi Indonesia yang sekarang nomor 4 terbesar di antara Emerging Markets, tumbuh cukup tinggi di level 4,9 persen pada tahun 2018. Dan pertumbuhan penduduk masih di atas 1 persen.
Kedua, yakni produksi energi Indonesia, terutama minyak dan gas turun secara konsisten.