Industri Rumahan di Pulau Sebesi Kembali Bergairah

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

LAMPUNG — Industri rumahan warga di Desa Tejang, pulau Sebesi kembali normal usai bencana tsunami erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) 22 Desember 2018 silam. Setelah enam bulan berlalu, aktivitas perekonomian warga yang sebagian bekerja sebagai nelayan, petani mulai berjalan normal.

Ahmad Basuni, warga Desa Tejang Pulau Sebesi. Foto: Henk Widi

Ahmad Basuni (49) yang memproduksi kerupuk bonggol pisang menyebutkan, sebagai wilayah yang dikenal sebagai penghasil kakao, pisang, kelapa, ia memilih melakukan pengolahan hasil pertanian. Keputusan untuk mengolah bonggol pisang menjadi kuliner bernilai jual setelah ia mendapat pelatihan.

Pelatihan industri rumahan menjadi bagian pengembangan sektor pariwisata di pulau Sebesi. Produk kerupuk bonggol pisang menjadi salah satu oleh-oleh bagi wisatawan.

“Produk industri rumahan yang saya buat memiliki kekhasan karena dibuat memakai bonggol pisang,” terang Ahmad Basuni.

Ahmad Basuni atau dikenal Abah Bewok mengaku proses pembuatan kerupuk bonggol pisang dikerjakan dengan sederhana. Bahan yang dibutuhkan di antaranya bongol pisang Kepok yang ditumbuk halus, tepung sagu, garam, minyak sawit, bawang dan penyedap.

“Semua bahan yang dicampurkan menjadi adonan selanjutnya digoreng seperti pembuatan kerupuk pada umumnya,” ungkap Ahmad Basuni.

Sebagai kawasan pesisir pantai yang kaya akan objek wisata bahari, kerupuk bonggol pisang dijual sebagai buah tangan atau oleh oleh. Harga jual Rp10.000  kerap dibeli wisawatan.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan dan Destinasi Dinas Pariwisata Provinsi Lampung, Rahmad Hariyadi menyebutkan, keberadaan oleh-oleh bisa menjadi daya tarik. Usai terimbas tsunami sektor usaha pariwisata termasuk industri kecil ikut lumpuh. Namun dengan adanya pendampingan dari instansi terkait termasuk Dinas Pariwisata dapat perekonomian masyarakat kembali bergairah.

Lihat juga...