Kadis: Siswa di Palu Masih Banyak Belajar di Tenda
PALU — Pemkot Palu, Sulawesi Tengah, melaporkan hingga kini masih banyak siswa korban bencana alam gempa bumi 7,4 SR di ibu kota provinsi itu yang masih belajar di tenda-tenda dan sekolah darurat.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Palu, Ansyar Setiadi membenarkan masih banyak sekolah yang terdampak gempa bumi, tsunami dan likuefaksi sampai sekarang ini belum juga diperbaiki atau dibangun kembali oleh pemerintah.
Ia enggan merincinya, kecuali mengatakan belum dibangunnya kembali sekolah-sekolah yang rusak akibat diterjang bencana alam gempa bumi pada 28 September 2018 tersebut karena keterbatasan anggaran.
Pemkot Palu masih memiliki keterbatasan anggaran untuk bisa membangun atau merehabilitasi kembali gedung-gendung sekolah yang rusak saat diterjang bencana alam beberapa bulan lalu, sebutnya di Palu, Rabu (17/7/2019).
Selain itu, juga masih terkendala dengan lokasi pembangunan sekolah, sebab ada sejumlah wilayah di Palu terutama di bekas lokasi likuefaksi seperti di Balaroa dan Petobo tidak bisa lagi menjadi areal permukiman penduduk maupun pendirian bangunan sekolah dan lainnya.
Karena lokasi-lokasi dimaksud telah ditetapkan pemerintah sebagai daerah terlarang atau zona merah dimana tidak diperbolehkan lagi sebagai lokasi permukiman warga.
“Jadi untuk membangun kembali sekolah harus mencari lokasi baru. Dan inilah salah satu kendala sehingga sekolah yang rusak akibat gempa tersebut belum juga dibangun selain faktor keterbatasan anggaran,” kata dia.
Karenanya, kata dia, tidak heran jika sampai saat ini masih banyak siswa-siswi korban gempa di Kota Palu terpaksa masih bertahan mengikuti proses belajar di tenda-tenda darurat dan sekolah darurat karena memang belum memiliki gedung sekolah yang permanen dan representatif.