Pedagang Hewan Kurban di Lamsel Terdampak Kemarau

Editor: Koko Triarko

Penjualan hewan ternak memanfaatkan lokasi strategis, sebut Tubik, dilakukan dengan membuat tenda sebagai kandang sementara, untuk menghindari ternak dari cuaca panas. Pembeli bisa memilih jenis hewan kurban yang akan dibeli sesuai dengan kemampuan. Sementara itu, hewan kurban diberi pakan hijauan yang dipesan dari para pencari rumput.

Jasa pencari pakan disepakati sesuai dengan kebutuhan bagi ternak yang akan dijual. Dalam sehari, hewan jenis sapi, kambing, domba dan kerbau diberi makan tiga kali. Pencari rumput dibayar dengan sistem borongan selama satu bulan mencari pakan. Cara tersebut dilakukan, agar hewan yang dijual tidak kehilangan bobot sesuai keinginan pembeli.

“Sebagian hewan kurban yang saya siapkan masih minim pembeli, karena Iduladha masih lama. Tapi stok tersedia bagi pembeli,” ungkap Tubik.

Ketergantungan pada pencari pakan, diakuinya sangat terasa pada kemarau tahun ini. Tahun sebelumnya di lokasi penjualan, ia masih bisa membiarkan ternak merumput. Namun akibat kemarau, lokasi yang ditumbuhi rumput, kering. Pencari pakan yang ditugaskannya bahkan harus menyiapkan air bersih untuk minum ternak yang akan dijual. Pemberian pakan hijauan dan asupan air bersih dilakukan agar kondisi hewan tetap sehat saat akan dijual.

Tubik menyebut, pada tahun sebelumnya ia bisa menjual 60 ekor kambing, 10 ekor sapi dan 5 ekor kerbau. Harga kambing kurban disebutnya sudah turun dibandingkan tahun sebelumnya. Satu ekor kambing jantan jenis Menggala ukuran besar, tahun sebelumnya dijual Rp3,5 juta per ekor. Saat ini hanya Rp3,1 juta. Pembeli rata rata membeli kambing dengan harga kisaran Rp2 juta, maksimal Rp2,5 juta.

Lihat juga...