Sepi Pembeli, Pasar Alok Maumere Terancam Gulung Tikar
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Ita sapaannya, mengaku dalam sehari hanya bisa mendapatkan uang Rp100 ribu saja dengan keuntungan hanya Rp15 ribu sampai Rp20 ribu. Banyak pedagang sayur yang berjualan di los pasar yang baru sementara pembeli yang datang ke pasar Alok tidak bertambah.
“Berjualan tetap kami lakukan meskipun keuntungannya terbatas. Karena kami harus membayar utang dari rentenir yang menagih setiap harinya. Kalau tidak berjualan bagaimana kami harus membayar utang setiap hari?” tuturnya.
Rupanya sepinya pembeli juga terjadi di pasar tingkat Maumere. Seorang penjual sayuran, Rohana mengaku, daya beli masyarakat terus mengalami penurunan sejak tahun 2018 lalu. Dalam sehari penjualan hanya sebesar Rp50 ribu saja kecuali hari libur atau hari minggu.
“Biasanya pembeli membeli sayuran saat pagi hari saja. Sementara siang hingga sore hari sudah tidak ada pembeli. Banyak pedagang yang mengeluh pembeli terus merosot dan kemungkinan akibat kesulitan ekonomi di masyarakat,” katanya.
Penjualan agak meningkat saat ada banyak pesta komuni pertama secara serentak selama bulan Juni 2019 serta banyaknya acara pernikahan. Sesudahnya pembeli mulai sepi kembali.
“Saat musim pesta banyak yang membeli sayuran. Tetapi setelah itu penjualan menurun drastis. Kalau tidak berjualan di pasar, kami mau mendapatkan uang dari mana lagi. Jadi terpaksa kami terus berjualan meskipun terkadang sayuran yang tidak laku terpaksa dibuang,” pungkasnya.