Agar Bisa Menelepon, Warga Watudiran Harus Jalan Kaki 7 KM
Editor: Koko Triarko
MAUMERE – Warga Desa Watudiran, kecamatan Waigete, kabupaten Sikka, sangat terisolir. Selain kondisi jalan yang memprihatinkan dan tak ada jaringan listrik, sinyal telepon seluler pun tidak ada sama sekali. Warga harus berjuang hanya sekadar untuk menggunakan telepon seluler.
“Saya barusan tadi pagi jalan kaki dari dusun saya di Kloangaur, desa Watudiran, menuju dusun Ewo, desa Runut, agar bisa menelepon anak saya di Kalimantan. Saya mau minta dikirimkan uang,” kata Philipus Pili, warga desa Watudiran, kecamatan Waigete, kabupaten Sikka, Selasa (27/8/2019).
Dikatakan Philipus, dalam seminggu dirinya biasa menelepon anaknya di pulau Kalimantan maupun Jawa, sekali hingga dua kali. Warga harus mencari sinyal telepon untuk bisa berkomunikasi dengan anak dan saudaranya di luar daerah.

“Pagi saya jalan dari rumah ke desa Runut. Setelah menelepon, sorenya jalan kaki kembali melewati jalan raya ke kampung saya. Paling satu sampai dua jam berjalan kaki,” tuturnya.
Philipus merasa bersyukur, bila di perjalanan menemukan sepeda motor milik warga yang melintas dan bisa ditumpangi. Berjalan kaki harus dilakukan, sebab ojek sepeda motor tidak tersedia karena kondisi jalan yang jelek.
“Terkadang kami harus naik ke atas pohon hanya agar bisa mendapatkan sinyal telepon seluler, jadi kami jalan dan ada sinyal telepon seluler, maka kami berhenti dan mulai menelepon,” ungkapnya.
Bila anaknya yang hendak ditelepon tidak menjawab panggilan, atau telepon genggamnya sedang dimatikan, Philipus mengaku harus menunggu, bahkan hingga sore hari.