Agar Bisa Menelepon, Warga Watudiran Harus Jalan Kaki 7 KM

Editor: Koko Triarko

“Kalau sampai sore belum bisa menelepon anak saya, maka saya harus kembali berjalan kaki ke kampung. Besok pagi baru datang lagi ke desa Runut untuk bisa menelepon lagi,” tuturnya.

Kondisi serupa, kata Yakobus Jowe, juga dialami warga dusun Warut di desa Watudiran. Selain akses jalan yang memprihatinkan dan ketiadaan jaringan listrik, wilayahnya tidak terjangkau sinyal telepon seluler.

“Kalau mau menelepon, warga harus berjalan menuju bukit di perbatasan antara dusun Warut di desa Watudiran, dan dusun Tanah Hikong di desa Runut. Selain tempat tersebut, sinyal telepon seluler tidak ada,” ungkap Yakobus, warga dusun Warut.

Untuk sekadar bisa menggunakan telepon seluler, warga harus berjalan kaki sekitar ratusan meter, bahkan satu hingga dua kilomter. Maka, warga hanya menggunakan telepon seluler saat siang hari.

“Kalau malam pasti tidak ada warga yang berani ke bukit hanya untuk sekadar menelepon. Lokasinya jauh dari kampung, gelap gulita dan jalan pun sangat jelek,” ungkapnya.

Lihat juga...