Gubernur DKI: Penambahan Anggaran Untuk Peningkatan Pelayanan

Editor: Koko Triarko

Gubernur Anies menuturkan, terdapat angka inflasi maupun pertumbuhan ekonomi yang turun pada masa Triwulan II dibandingkan Triwulan I 2019.

“Selain pertumbuhan ekonomi dan inflasi, indikator makro lainnya, yaitu nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Nilai tukar Rupiah saat ini berada di atas angka Rp14.000 per Dollar Amerika, lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi nilai tukar pada Penetapan APBD, yang berada pada kisaran Rp13.500 – Rp13.700 per Dollar Amerika,” ujarnya.

Anies kemudian menjabarkan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta 2019, yang sebelumnya diproyeksikan sebesar 6,60 persen kemudian dikoreksi menjadi 6,20 persen, dan lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,30 persen.

Selain itu, inflasi yang semula diproyeksikan sebesar 3,60 persen, pada Perubahan APBD 2019 dikoreksi menjadi 3,30 persen.

Di sisi lain, pendapatan daerah yang semula direncanakan sebesar Rp74,77 triliun, pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019 menjadi Rp74,99 triliun atau secara netto meningkat sebesar Rp220,75 miliar.

Sementara itu, belanja daerah Provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2019 mengalami penurunan sebesar Rp2,99 triliun, atau 3,70 persen dari Rp80,90 triliun menjadi Rp77,90 triliun.

“Pengeluaran pembiayaan yang semula direncanakan sebesar Rp8,18 triliun, pada perubahan ini menjadi Rp8,98 triliun atau meningkat sebesar Rp800 miliar. Peningkatan tersebut untuk Penyertaan Modal Daerah pada PT. Pembangunan Sarana Jaya yang akan digunakan dalam rangka penyediaan hunian layak dan terjangkau, melalui program Rumah DP Nol Rupiah,” ujarnya.

Sementara itu, pengurangan anggaran dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2019, dilakukan dalam rangka meningkatkan efektivitas anggaran, dengan melakukan efisiensi terhadap anggaran yang tidak dapat diserap secara optimal, atau kegiatan yang diperkirakan tidak akan dapat dilaksanakan sampai dengan akhir tahun.

Lihat juga...