INDEF: Posisi Indonesia Dalam Kiprah Investasi Global tak Jelas

Editor: Koko Triarko

JAKARTA – Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Didik J Rachbini, mengaku kaget dengan penjelasan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong, yang menyebut, bahwa empat unicorn Indonesia diklaim menjadi milik Singapura berdasarkan riset Google dan Temasek. 

“Menurut Thomas Lembong, unicorn kita diklaim sebagai unicorn Singapura. Saya kaget juga, di laporan itu ada 4 unicorn milik Singapura, dan di Indonesia, nol,” kata Didik, pada diskusi online INDEF bertajuk ‘Polemik Investasi Asing di Unicorn’, Minggu (4/8/2019) sore.

Menurutnya, penjelasan Kepala BKPM tersebut tidak hanya membingungkan publik, tetapi juga menunjukkan tidak jelas posisi Indonesia di dalam kiprah investasi global.

Sehingga, ke depan tidak bisa tidak, Indonesia harus mempunyai dan menempatkan posisinya yang jelas. Karena ada peluang pasar yang besar dari 100 juta kelas menengah Indonesia yang potensial sebagai sasaran investasi.

Potensi pasar ini yang tidak boleh diobral murah kepada investor yang hanya mengincar pasar Indonesia, dan hanya menarik untung yang besar dari pasar di dalam negeri.

Ekonom senior INDEF, Didik J Rachbini. -Foto: Sri Sugiarti

“Pemerintah tidak bisa naif menjual murah pasar dalam negeri untuk dieksploitasi, tanpa melihat seberapa besar manfaatnya bagi ekonomi dalam negeri,” tukasnya.

Karena, menurutnya, setiap investasi sudah otomatis membawa masuk modal ke dalam negeri, menyerap tenaga kerja dan menghasilkan output nasional.

“Tetapi jangan lupa, bahwa investasi yang orientasinya ke pasar dalam negeri, berbeda dengan investasi untuk ekspor dan bagian dari global chain,” katanya.

Lihat juga...