Mengenal Kejang Pada Anak, Untuk Mencegah Kerusakan Otak
Editor: Mahadeva
JAKARTA – Kejang pada anak, yang frekuensi kejadiannya sering dan lama, dalam satu periode tertentu meningkatkan potensi kerusakan jaringan otak.
Oleh karenanya, penting bagi para orang tua untuk memahami apa sebenarnya kejang pada anak tersebut. dr. Irca Ahyar, Sp.S, CFIDN menjelaskan, kejang atau step, adalah suatu gerakan tubuh yang tidak disadari dan ditimbulkan oleh kontraksi sebagian atau seluruh otot tubuh. Hal itu terjadi, akibat adanya rangsangan dari susunan saraf.
“Kejang ini terjadi akibat adanya pelepasan hantaran listrik yang abnormal di otak. Dan ini berkaitan dengan kekakuan otot yang tidak terkendali dan hilangnya kesadaran,” kata dr. Irca saat talkshow Spekix di JCC, Minggu (25/8/2019).
Gejala yang timbul, bergantung pada bagian mana dari otak yang terpengaruh. “Dari hasil diagnosa dan penelitian, ada beberapa gejala kejang yang terjadi sebelum kejang berlangsung. Atau biasa disebut aura,” jelasnya.
Menurut penuturan para pasien, gejala yang biasa dirasakan antara lain, kesemutan atau merasakan ada yang bergerak di bagian tubuh. Ada juga yang merasakan anggota tubuh mereka bergerak tanpa disadari. “Beberapa pasien menyatakan adanya titik cahaya di area pandangan dan beberapa lain mengakui pandangan mereka menjadi kabur atau blur. Beberapa menyatakan adanya suara bergemuruh dan gigi yang bergemerutuk,” papar Irca.
Kejang terbagi menjadi dua, berdasarkan apa yang terjadi pada tubuh. Yaitu, kejang yang menyebabkan badan kaku dan mata mendelik dan kejang yang menyebabkan gerakan kelojotan di tangan dan kaki. “Ada beberapa kasus, kejang yang terjadi merupakan gabungan dari keduanya. Ini disebut epilepsi tonik klonik,” jelas Irca.