Petani Tembakau Jember Diminta Waspadai Penyakit GTS
Editor: Mahadeva
JEMBER – Petani tembakau di Jember perlu mewaspadai penyakit Green Tobacco Sickness (GTS). Penyakit tersebut terjadi karena penyerapan nikotin melalui kulit, saat petani bekerja di lahan tembakau yang basah tanpa menggunakan alat pelindung.
Seseorang yang terserang penyakit GTS, akan menderita sakit kepala, mual, muntah, gatal-gatal, luka di kulit hingga lemas. Nikotin di dalam daun tembakau yang basah, karena embun atau air hujan, akan terserap ke pori-pori kulit petani ketika petani bekerja tidak menggunakan pelindung diri.
“Dari kajian yang ada, satu tanaman tembakau memiliki konsentrasi nikotin dalam daun-daunnya sebesar sembilan miligram, yang jika terkena embun atau air hujan maka akan terabsorsi menjadi kurang lebih 600 mililiter nikotin,” tandas Dewi Rokhmah, Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Jember, saat membacakan orasi ilmiah berjudul, Pendekatan Promosi Kesehatan Masyarakat Dalam Pencegahan Green Tobacco Sickness (GTC) Menuju Pencapaian SDGs, Jumat (2/8/2018).
Menurut Dewi, jika seorang petani saat bekerja bersentuhan dengan daun tembakau selama sehari penuh tanpa alat pelindung diri, maka sama saja dengan menghisap 36 batang rokok dalam sehari.
Sementara, Jember dan daerah di sekitarnya, memiliki curah hujan yang cukup tinggi antara 1.969 milimeter hingga 3.394 milimeter. Sementara kelembapan di daerah tersebut juga cukup tinggi, berkisar antara 61 persen hingga 91 persen. Tembakau yang ditanam di Jember dan sekitarnya adalah tembakau jenis Naa-oogst, yang harus dipanen jam lima pagi, pada saat kondisi lahan masih berembun. Hal itu, membuat petani tembakau Jember lebih rentan terkena penyakit GTS.