Sejarah Pembunuhan Jean Pieterszoon Coen, Oleh Telik Sandi Wanita Mataram

Editor: Mahadeva

Sejarawan dari Yogyakarta, Herman Janutama, saat ditemui Cendana News, Kamis (29/8/2019) - Foto: Jatmika H Kusmargana

“Ni Mas Utari ini disusupkan ke Batavia melalui hubungan perdagangan. Dia dinikahkan dengan Wali Mahmuddin asal Samudera Pasai, Aceh. Ini menjadi bagian dari strategi Mataram agar keduanya bisa menembus benteng Batavia, dan tidak dicurigai sebagai orang Mataram,” jelasnya.

Menurut Herman, karena kepiawaian dan kelihaiannya, Ni Mas Utari, bisa sangat dengat dengan Jean Pieterszoon Coen beserta keluarganya. Ia bahkan bisa bersahabat dengan istri, dan anak-anaknya. Hingga bisa mengajar tarian dan tembang Jawa serta agama Islam.

“Setelah serangan pertama Mataram di 1628 mengalami kegagalan, pada serangan ke-2, Nyai Untari mulai ditugaskan secara khusus untuk membunuh Jean Pieterszoon Coen. Karena dia dianggap biang masalah dan musuh utama Mataram. Setelah bertahun-tahun berada di dalam benteng, akhirnya Jean Pieterszoon Coen beserta keluarganya berhasil dibunuh dengan cara diracun,” jelasnya.

Untuk membuktikan telah melaksanakan tugasnya, Ni Mas Utari kemudian memenggal kepala Jean Pieterszoon Coen, untuk dibawa dan diserahkan kepada Sultan Agung. Secara estafet, barang bukti tersebut kemudian dibawa dari Batavia hingga ke Kotagede untuk dikubur di bawah salah satu anak tangga Makam Raja-Raja Imogiri.

“Peristiwa pembunuhan itu akhirnya terbongkar. Lalu di Batavia terjadi geger, Ni Mas Utari diburu hingga akhirnya gugur terkena meriam saat hendak melarikan diri sambil membawa kepala Jean Pieterszoon Coen. Ia kemudian dimakamkan di Tapos, Depok, Jawa Barat. Sampai saat ini makam dan petilasannya masih ada,” jelas Herman.

Tidak tersampaikannya informasi semacam ini ke masyarakat, menurut Herman, merupakan persoalan yang wajar. Termasuk jika kisah ini tidak diterima di dalam ruang-ruang akademis pembejaran sejarah, yang mengacu pada pedoman barat.

Lihat juga...