Sumur Bor Dalam Dinilai Paling Tepat Atasi Kekeringan di Gunung Kidul

Editor: Koko Triarko

Sayangnya, mahalnya biaya pembuatan sumur bor dalam yang mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah ini menjadi kendala. Akibatnya, sejumlah sumur bor dalam yang dibuat hanya berkapasitas kecil, dan hanya cukup dimanfaatkan untuk beberapa kepala keluarga saja.

Sebagai gambaran, biaya yang harus dikeluarkan warga untuk membangun sumur bor dalam dengan lubang pipa berukuran 1 inch dengan kedalaman 76 meter, mencapai Rp30 juta. Sedangkan pemanfaatan sumbur bor dalam kapasitas ini hanya bisa digunakan untuk sekitar 60 kepala keluarga.

Rubiman (40) warga dusun Purworejo, desa Jurang Jero, kec Ngawen, Gunung Kidul. -Foto: Jatmika H Kusmargana

Mengatasi keterbatasan kemampuan pendanaan tersebut, pada 2018 desa Jurang Jero telah mendapatkan bantuan pembuatan sumur bor dalam dari Badan Geologi Kementerian ESDM, yang memanfaatkan dana APBN. Sumur bor dalam dengan ukuran pipa 4 inch dan kedalaman lebih dari 150 meter ini dibangun di wilayah dusun Purworejo.

Sesuai tugas dan fungsinya di bidang air tanah, Badan Geologi, Kementerian ESDM, selama ini tak henti melakukan upaya penyediaan sarana air bersih melalui pengeboran air tanah dalam di daerah sulit air di seluruh wilayah Indonesia. Sampai pada 2018, Badan Geologi, Kementerian ESDM telah berhasil membangun 2.288 unit sumur bor yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dengan kapasitas debit air bersih mencapai sekitar 144,4 juta meter kubik per tahun, yang dapat melayani kurang lebih 6,6 juta jiwa.

Khusus untuk Kabupaten Gunung Kidul, sepanjang 2018, Badan Geologi Kementerian ESDM telah berhasil membangun 11 unit sumur bor, tersebar di 6 kecamatan dan 11 desa. Total kapasitas produksi air bersih di Kabupaten Gunung Kidul ini mencapai 479,3 ribu meter kubik per tahun, dan dapat memenuhi kebutuhan air bersih sebanyak 21.888 jiwa penduduk.

Lihat juga...